Mohon tunggu...
Byron Kaffka
Byron Kaffka Mohon Tunggu... Karyawan -

Selanjutnya

Tutup

Drama

Ducth Vader Gerrit Rudolph

7 Maret 2018   20:52 Diperbarui: 7 Maret 2018   20:59 580
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber photo : http://leadinglightsautographs.com

Bunda mendudukan aku di haribaannya, menaruh dagunya di ubun-ubun, memberi petuah bahwa seorang anak lelaki harus petuh terhadap Mamanya. Tidak menjadi lelaki penentang dan sukar diarahkan ke sikap yang lebih baik. Lalu ia mengakhiri pembicaraan dengan bertanya hal-hal kecil, seperti; "Kau akan bermain Kriket bersama Tuan Kecil, Kafka?"

"Ya."

"Baiklah, selamat bersenang-senang anakku." Sambil lalu, aku mendengar ia menganjurkan, bila tak suka piano, mungkin kau bisa mencoba biola, Kafka."

Tidak terimakasih, aku menangguk sambil menutup pintu. Bunda menyukai musik, dan aku tidak bisa memenuhi seleranya akan seni yang memang bagus, mungkin karena tidak tertarik.

***

Piknik di akhir pekan, Ayah Rudolph benar-benar mengajak kami semua ke pantai. Para pelayan rumah sengaja tiba di awal pagi, menyiapkan segala keperluan untuk dibawa ke dalam bagasi Royce Royal yang terparkir di depan halaman Rumah.

Ayah Rudolph membuat tantangan bila kami bersikap baik, maka akan diberi hadiah atau apapun keinginan kami akan dikabulkan. Bagiamana bila aku menantang balik, seperti apa sikapnya bila aku berprilaku sebaliknya?

Bunda pun turut serta, kesehatannya bisa dikondisikan untuk situasi tertentu, lagi pula Ayah Rudolph Seorang dokter, dalam tas kulitnya yang mengkilat, selalu ada keperluan medis buat Bunda, sementara Mama mengurus kami anak-anak.

Di sana ada bengalau yang akan kami tempati, pemandangannya indah menghadap lautan dan debur ombak ke pasir putih. Pintu Royce Royal terbuka begitu kami tiba di sana, Tuan Kecil berhambur ke luar berlari menyampak ke sisi pantai, lalu menolah menyeru kepadaku, "Kafka! Itu lautnya!"

Ayah Rudolph tertawa, senang sudah membuat anak-anak menjadi gembira. Beberapa saat kemudian, kami telah bermain di air bersama dalam pengawasan Ayah Rudolph dalam balutan celana renang yang pendek. Walau baru pertama ke pantai, tak perlu takut tenggalan atau takut masuk ke air. Tiap akhir pekan, Ayah Rudolph mengajak kami ke zwembad, atau kolam pemandian Manggarau di Weltevreden, melatih aku dan Tuan Kecil berenang di kolam.

Ada satu peristiwa yang membekaskan kebingungan di antara kami, sewatu telanjang bersama Vader Rudolph tanpa sehelai benang pun ketika berada di dalam zwembad, dan yang membuat kami harus terbiasa dengan hal itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun