Burung – burung bernyanyi, melebarkan sayap – sayap indahnya mempertontonkan kehebatan mereka mengarungi udara bebas. Serangga – serangga tidak mau ketinggalan, mereka berjalan tiada henti, menggali tanah dan membawa mangsa mereka ke dalam sarang – sarang mereka yang berada di bawah tanah, entah berapa dalamnya sarang tersebut.Â
Angsa – angsa putih dengan lincahnya menyeberangi sungai berukuran sedang di tengah taman itu, sesekali kepala mereka dibenamkan ke dalam air untuk memangsa ikan dengan menggunakan paruhnya yang unik, sekadar untuk memuaskan tembolok mereka akan sesuatu untuk dicerna.Â
Sejenak, Bernard mencari kursi taman untuk melegakan kepenatan yang ia rasakan saat ini, akibat rutinitas pekerjaan kantor yang teramat monoton. Tepat di pojok taman, berdekatan dengan dua patung cupid berwarna putih yang memegang busur dan panah, di bagian ujung panah itu berbentuk love berukuran sedang. Tepat di bagian bawah patung, terdapat sebuah kolam kecil yang aliran airnya berhubungan dengan sungai di tengah taman kota.Â
Ikan - ikan kecil berenang di dalam kolam, sejumlah katak melompat kian kemari menambah keberagaman ekosistem kolam mungil itu. Tangan kanannya bertumpu pada gagang bangku taman yang terbuat dari besi tempa, berukir beberapa kelopak bunga di bagian tengahnya dan Bernard mengambil posisi untuk duduk di bangku itu. Ia menyandarkan pungggungnya di senderan bangku. Sesekali menarik nafas panjang dan membuang nafas.Â
Sungguh, kedamaian inilah yang ia cari selama ini. Ia mengeluarkan ponsel dari tas kerja berukuran kecil. Mengecek incoming emails ke dalam email pribadi dan beberapa notifikasi dari media sosial. Bernard membalas beberapa email dan pertanyaan dari customer dan supplier dari perusahaan tempatnya bekerja.Â
Dua sosok mengerikan sudah berada dekat dengan Bernard. Sosok berwajah mengerikan dengan luka dan darah yang mengalir deras, mereka ikut duduk di bangku yang Bernard duduki.
Saat mengetikkan huruf demi huruf di ponselnya. Bernard merasakan ada dua pasang mata yang sedang memperhatikannya dari arah semak – semak. Ia berusaha menoleh ke arah semak – semak dan tidak menemukan apa – apa. Ia kembali fokus memperhatikan ponselnya.Â
Saat matanya mengarah ke depan. Ia melihat ada dua orang yang wajahnya sangat putih pucat. Sekujur tubuhnya memiliki luka lebam dan biru. Dan kulitnya sangat basah.Â
Dari wajahnya keluar ulat dan belatung. Perlahan daging di pipi mereka mulai membusuk dan mulai berguguran. Yang tertinggal hanya tengkoraknya. Kedua mahkluk itu memegang lengan Bernard dan berusaha menyeret Bernard ke arah semak. Bernard berusaha berontak, tetapi tidak bisa. Karena kedua mahkluk itu lebih besar dari Bernard.
Ternyata di balik semak itu ada sebuah danau. Kali ini dua mahkluk yang sudah duduk bersama Bernard ikut menyeret Bernard dan berusaha membenamkan Bernard di sebuah danau yang tenang itu. Bernard langsung berpikir keras, apakah Mahkluk - mahkluk ini tenggelam di danau ini dan meminta Bernard untuk menguak kematian mereka ?Â
Ataukah mereka memang ingin membinasakan Bernard juga supaya bisa sama seperti mereka ? Bernard sangat lemah, kali ini ia sudah berada di pinggir danau dan siap ditenggelamkan.Â