“ Yopie, Jack tolong aku. “ Teriak Bernard dari dalam kamar.
Tidak ada jawaban sama sekali. Sepertinya memang tidak berpenghuni dua kamar di dalam rumah ini. Karena setiap kali Bernard membutuhkan kedua temannya mereka selalu tidak ada di rumah.
Darah kental telah memporak – porandakan seluruh isi kamar Bernard. Dari kedua telinga Bernard keluar antena kecoak dan darah segar ikut mengalir. Sungguh mengerikan pemandangan malam itu. Tubuh Bernard mengerut dan punggungnya melebar kaki – kakinya masuk ke dalam tubuhnya. Ia kini berbentuk seperti seekor kecoak raksasa di dalam kamarnya yang hening.
      Keringat mengucur deras, nafasnya tersengal – sengal. Kasurnya basah dan ia kaget dan terbangun dari tidurnya.
“ Thank you God, it’s only a nightmare. “ Bernard berkata pelan
Bernard menarik sepreinya dan mulai membuka lemari plastiknya. Ia mengganti dengan seprei baru yang ia saja ia terima dari laundry Christy. Ia mengganti dengan t-shirt santai. Bernard kembali merebahkan tubuhnya, ia memejamkan kedua matanya. Ia ingin melupakan setiap hal buruk yang terjadi. Saat ini yang ia inginkan adalah bermimpi tentang sesuatu yang dapat menyenangkan hatinya. Mungkin bermimpi tentang Mitha misalnya ? Mungkinkah ada waktu sejenak untuk memimpikan kebersamaan dengan Mitha ? Kecantikan dan kelemah lembutan Mitha merupakan yang terindah baginya saat ini. Andai saja Mitha ada di sisinya saat ini. Mungkin ia tidak akan terlalu stres menghadapi kejadian gila yang ia hadapi selama beberapa minggu terakhir ini.Â
Chapter XIV
Bocah – bocah kegelapan
Suatu kali Bernard sedang membersihkan kamarnya. Posisi kamarnya yang berada di pinggir gang Narada yang dilalui oleh banyak kendaraan bermotor. Di mana membuat Bernard harus sering membersihkan kamarnya. Dengan menggunakan sebuah ember berisi air dan kain perca, Bernard membersihkan setiap sudut jendela, meja belajar dan rak kecil yang berisi buku – buku kuliahnya. Bernard mengambil sapu untuk membersihkan lantai. Kemudian menyortir kertas – kertas yang tidak berguna dan membuangnya ke tempat sampah kecil di dalam kamarnya. Bernard beranjak dari dalam kamarnya dan menuju kamar mandi untuk mengambil ember untuk mengepel kamarnya. Ia kembali ke kamarnya, ia bergidik ngeri saat menyaksikan ada dua orang anak kecil di atas tempat tidur sedang menatap ke arah wajahnya.
“ Tolong – tolong saya, “ ungkap seorang anak yang lebih kecil tubuhnya. Wajah dan tubuhnya gosong, ia terlihat sangat menderita akibat seratus persen luka bakar di sekujur tubuhnya.