Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nenek ini berkata sangat lembut. Namun setiap kata – kata yang keluar dari bibirnya yang tipis sangat jelas. Ia memperkenalkan namanya adalah Wilma. Nenek Wilma berusia delapan puluh Sembilan tahun, tetapi ia masih memiliki tubuh yang sangat kuat. Gigi- giginya pun masih utuh. Nenek Wilma tinggal di bawah kaki pegunungan Syehrami dekat dengan gua Samara. Ia tinggal bersama keluarga puterinya. Ia terlihat sangat bahagia dan ia bercerita tentang cucu – cucunya. Hingga ia melamun agak lama dan mulai menceritakan sebuah kejadian aneh yang pernah di alaminya. Suatu kali dari gua samara terdengar ada ritual aneh di tengah malam. Nenek Wilma bangun di malam hari. Ia berusaha keluar dan merasa tidak percaya, karena gua samara sudah hampir lebih dari sepuluh tahun tidak ada lagi yang menempati. Mengapa tiba – tiba ramai. Ia berusaha mendekat tetapi masih merasa takut. Hanya rasa penasaran yang membuat dirinya semakin dekat pada gua itu. Sebuah patung setinggi enam meter terbuat dari kayu yang dihiasi oleh  dedaunan dari pohon – pohon di sekitar hutan. Sejumlah orang sekitar tigapuluhan orang duduk mengitari pohon itu. Mereka menyembah patung itu dan mengucapkan bahasa yang tidak dapat dimengerti oleh nenek Wilma.

Katie dan Rocky mendengarkan cerita nenek Wilma dengan seksama. Awalnya nenek Wilma tidak percaya dengan pemujaan omong kosong ini. Seketika dari patung itu mengeluarkan suara desisan yang sangat kuat. Para penyembah kaget dan semakin menundukan kepala sebagai penghormatan mereka. Dari tengah patung keluar asap dikelilingi bintang – bintang kecil berwarna pelangi. Asap itu membentuk seorang wanita dengan rantai – rantai di ujung tangannya. Wanita berambut hitam legam lurus mengenakan pakaian dewi – dewi zaman Yunani kuno. Setiap perkataan yang keluar dari mulut wanita itu menyempurnakan kharisma dan auranya yang agung. Siapa dia dan apakah benar ia adalah seorang dewi? Pikir nenek Wilma. Nenek Wilma bersembunyi di balik semak di dalam goa Samara yang angker itu. Para pemuja itu kemudian bangkit berdiri dan menggerakan tubuh mereka untuk menari dan tidak jelas gerakan apa yang mereka lakukan. Saat itu nenek Wilma melihat seorang wanita yang ia katakan mirip dengan Katie. Katie yang mendengar itu seolah tidak percaya.

“ Wanita itu mirip sekali dengan kamu. “ Ucap nenek Wilma

Katie sama sekali tidak percaya ucapan itu.

            Nenek Wilma melanjutkan kembali ceritanya. Wanita yang mirip dengan Katie maju dan menuju meja altar. Dan seketika rambutnya berdiri dan bola matanya menjadi merah. Sekeliling area matanya dikelilingi oleh lingkaran hitam. Ia sepertinya kerasukan dewi yang mereka puja. Karena saat wanita itu mengalami hal itu, sekonyong – konyong sang dewi hilang entah ke mana. Dari sana, seluruh pemuja menyembah wanita yang mirip Katie, saat itu dibawah alam sadarnya wanita berwajah mirip Katie tertawa dan meracau layaknya orang tidak waras. Tubuh wanita itu sepertinya tidak kuat karena harus sebagai mediator untuk sang dewi yang memiliki kekuatan di atas rata – rata manusia biasa. Dalam waktu hampir seminggu saja, wanita yang mirip dengan Katie itu sepertinya gila dan ia sering berjalan sendirian. “ Hingga suatu saat ia keluar dari gua samara dan entah kemana ia pergi. “ Tukas nenek Wilma mengakhiri ceritanya.

            Sejujurnya Rocky terperanjat dengan cerita itu, ia kembali mengingat kejadian aneh yang dialami istrinya beberapa tempo hari. Mungkin saja bahwa wanita yang dimaksud nenek Wilma adalah istrinya. Karena ciri – cirinya sangat mirip ketika Katie kesurupan. Apakah memang di dalam tubuh istrinya ada seorang dewi yang di puja – puja ?  Pikiran Rocky berkecamuk. Nenek Wilma pamit pulang dan Katie berjalan ke arah belakang menuju tempat cucian piring membawa gelas minum yang dipakai nenek Wilma. Rocky menemani nenek Wilma keluar rumah. Rocky menutup pintu dan didapatinya ditengah ruang makan ada seseorang duduk di lantai. Sosok itu mengenakan baju berwarna putih dan rambut menutupi hampir seluruh wajahnya. Sosok itu menyeret tubuhnya dan seketika sudah berada di anak tangga paling atas. Bagaimana ia bisa sampai di sana, pikir Rocky. Ia mengingat kedua puteranya. Untunglah ternyata mereka bukan berada di kamarnya melainkan sedang bermain di luar. Sosok menyeramkan itu sekelebat sudah berada di dekat Rocky.

Satu persatu rambutnya rontok dan dari kedua bibirnya keluar darah dan nanah. Dari perutnya seperti keluar sesuatu seorang bayi penuh darah merangkak keluar dari sosok itu. Bayi itu sangat menyeramkan, karena penuh dengan darah dan sekejap bayi itu merangkak dengan gesit ke arah Rocky. Rocky menendang bayi setan itu, tetapi bayi itu kembali dan menghempaskan dirinya ke perut Rocky. Bayi itu mengeluarkan taring – taring kecil dan berusaha melukai Rocky dengan gigi dan kukunya yang runcing. Dengan membaca sebuah mantra kuno. Rocky lalu mengucapkannya panjang lebar sambil diakhiri dengan kalimat

“ Enyah kau iblis dari hadapan kami. “ Kepada bayi dan mahkluk halus yang berada tepat dihadapannya dengan kasar,

Seketika mereka menghilang dari sana. Jasad mereka memuai menjadi debu dan keluar melewati ventilasi rumah Rocky yang berada di samping pintu ruang tamunya. Apa itu, pikir Rocky dalam hati. Lalu ia tiba – tiba teringat Katie, ia memanggil istrinya Katie dan ternyata istrinya sedang di dapur. Sibuk dengan memasak dan menyiapkan makan siang untuk keluarganya. Ia bertanya pada istrinya apakah tidak mendengar sesuatu yang aneh. Katie menjawab sekenanya bahwa ia sibuk memasak jadi tidak mendengar apa – apa. Austin dan Bryan berhamburan masuk. Mereka terlihat sangat kotor karena bermain tanah di depan rumah. Rocky menyuruh kedua puteranya untuk segera mandi. Kedua puteranya meluncur ke kamar mandi.  

            Makanan telah disajikan di hadapan mereka. Austin dan Bryan sudah harum dan tampaknya siap untuk bersantap siang bersama dengan orang tua mereka. Santapan siang itu sungguh menggugah selera, Katie memasak masakan special menu keluarga yang sudah diturunkan dari leluhur terdahulunya. Suami dan anak – anak menyukai masakan itu. Katie senang karena masakannya disukai oleh keluarganya. Ia tersenyum puas. Setelah itu mereka pindah posisi dan duduk di ruang tamu. Entah berapa kali Katie menguap dan kedua puteranya menguap. Austin yang sejak awal duduk di pangkuan Rocky, tidur terlelap di pundak ayahnya. Sedangkan Bryan selonjoran tidur di kursi ruang tamu. Katie pun tidak kuasa, ia mengantuk dan tertidur sangat pulas. Rocky menyeringai puas. Ia menaruh Austin di kursi paling pojok dan berjalan melewati keluarganya. Ia berjalan menuju ruang tengah kemudian duduk bersila di lantai ruang tengah dan mulai membacakan mantra – mantra kuno. Mantra yang dibacakan membuat rumahnya roboh seketika dan kayu demi kayu menjadi serpihan debu dan menghilang. Seketika rumahnya telah rata akan tanah tetapi kemudian terbentuk sebuah bangunan kuno bergaya Mesir kuno. Di setiap sudutnya terdapat obor – obor menyala – nyala dengan bangganya. Pakaian Rocky seketika berubah menjadi sepenggal kain ala tarzan. Dikepalanya terikat sebuah kain dengan buluh ayam berwarna hitam putih. Wajahnya terlihat sangar dan ada garis hitam di sekeliling matanya.

Rocky bangkit dari tempat ia bersila, kemudian ia berjalan melewati sebuah lorong dan masuk ke dalam sebuah ruang yang biasa dijadikan tempat persembahan bagi para dewa. Biasanya ada domba, kambing dan hasil bumi lainnya yang akan dipersembahkan di atasnya. Tetapi khusus menjelang bulan purnama, sang dewa meminta tumbal seorang anak laki – laki yang belum berusia lima tahun dan juga seekor buaya buntung yang hanya bisa didapatkan dari sungai Galinga. Bulan mengintip di kegelapan malam. Hari itu adalah hari persembahan kepada sang dewa Gohpa. Korban bakaran telah disiapkan. Ada ratusan jumlah pemuja telah menempati setiap sudut ruangan altar. Mereka duduk dengan tenang menantikan korban bakaran untuk sang dewa Gohpa. Di pojok dekat sebuah mangkuk besar berisikan berbagai jenis bunga di dalamnya. Duduk dengan tangis Austin dan Bryan, kedua anak yang akan dipersembahkan oleh Rocky, ayah mereka sendiri. Dua orang penjaga menarik Austin dan Bryan ke tengah meja altar dan ditaruh di atas meja bakaran. Sedangkan dua penjaga menggotong dua ekor buaya buntung. Rocky merasa puas, karena ia akan mendapatkan imbalan dari dewa Gohpa karena mempersembahkan dua korban bakaran sekaligus.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun