Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“ Sakit – sakit ka, “ ungkap salah satu bocah sambil memegang tangan dan perutnya. Mereka sangat menderita dan wajahnya penuh dengan lebam

Perlahan namun pasti, tubuh – tubuh mereka mengering dan lengan, tangan, paha, kaki dan jari – jari kedua bocah itu berguguran.       

Dari kedua mata bocah yang paling kecil, menangis dan memohon untuk dihilangkan rasa sakitnya. Aliran darah kental mengalir deras dari kedua telinga, hidung dan bekas potongan – potongan tubuh yang berguguran. Sekonyong – konyong dari dalam potongan – potongan tubuh yang berguguran, muncul kecoak yang lalu lalang. Ada yang masuk dan ada yang keluar.

            Seiring ratusan kecoak yang keluar masuk ke dalam tubuhnya. Bernard bergidik karena mengingat kecoak - kecoak yang muncul itu sama seperti mimpi yang dialaminya semalam. Ada apa sebenarnya dengan kecoak – kecoak jahanam ini ? Kedua bocah itu menangis sejadi – jadinya. Mereka seolah tidak mampu dengan penderitaan yang mereka hadapi. Dari leher kedua bocah itu muncul seperti jakun, seolah jakunnya itu ingin meloncat keluar. Ternyata itu bukanlah jakun melainkan kecoak raksasa yang kemudian keluar dari mulut kedua bocah itu. Setelah kecoak raksasa muncul dari mulutnya, diikuti dengan seekor ular dan kecoa itu menari – nari di mulut ular itu seolah ingin menandakan sebuah perkawinan silang untuk mencapai sebuah keabadian yang hakiki. Mereka menangis karena kesakitan. Wajah mereka memohon supaya Bernard menolong mereka keluar dari penderitaan itu. Sekilat cahaya beserta butiran – butiran halus debu masuk melalui ventilasi kamar Bernard, butiran – butiran halus itu berhenti di depan kedua bocah itu dan membentuk seorang pria kekar bertubuh legam namun memiliki ketampanan yang sempurna. Ia sepertinya menahan sesuatu, tidak sabar untuk menantikan sebuah kejadian yang akan terjadi setelah ini.    

Pria yang mirip dengan dewa Ro yang ia saksikan pada penglihatan malam itu. Sungguh membuat Bernard was – was, ia takut dewa itu akan menyakitinya disaat ia lengah. Seketika pria itu mengeluarkan pancaran bola api dari mulutnya dan menyinari langit – langit kamar Bernard. Persatuan antara kecoak dan ular telah mengeksekusi sebuah keabadian sejati bagi pria itu. Lengkap sudah keabadian yang dinanti – nantikannya. Ia kini menjadi sempurna, kuat dan tidak ada satu kekuatanpun yang mampu mengalahkannya. Dengan kekuatan yang baru itu, kedua bocah itupun meninggal secara mengenaskan. Sakit yang menerpa dirasakan kedua bocah itu, tidak bisa mereka kalahkan dan akhirnya maut yang harus memisahkan nyawa dengan tubuh mereka yang fana. Tubuh Bernard menjadi lemas. Lututnya ngilu dan jari – jarinya gemetaran. Pria yang diliputi keabadian itu, kedua kakinya tidak menyentuh tanah dan ia menghempaskan tubuhnya kearah Bernard. Sekonyong – konyong wajah pria itu lumer dan menyisakan batang tengkoraknya saja. Tangannya mencengkram leher Bernard seolah ingin memutuskan batang leher Bernard. Bernard berusaha menepis mahkluk laknat itu dari hadapannya. Namun percuma genggamannya sangat kuat.

Tidak ada siapapun di sana yang bisa menolong Bernard. Dari tengkorak itu mengeluarkan bau busuk yang sangat kuat. Perlahan kedua lengan pria itu menjadi sangat kuat dan kaki – kakinya menyilaukan letupan – letupan cahaya emas dan dari kedua pahanya mengeluarkan tulisan X. Bernard tidak mengerti apa maksudnya itu semua. Lalu mahkluk laknat itu menyeret Bernard keluar dan di luar kontrakannya terdengar sebuah bunyi sangkakala. Terdengar memekik telinganya dan Bernard berusaha menutupi telinganya. Kedua bocah yang Bernard lihat di dalam kamar kini telah keluar dari sana. Kali ini mereka mampu berjalan dan dari kedua bola matanya menyiratkan kebencian. Seketika ulat dan belatung keluar dari pori – pori mereka. Darah keluar dari punggung mereka dan kedua kaki mereka tidak lagi menyentuh tanah. Bernard bergidik ngeri, sepertinya kedua bocah itu menjadi sekutu pria kekar ini. Bernard berusaha melepaskan diri dari kuasa – kuasa kegelapan yang ada di hadapannya. Ia meninju tengkorak dihadapannya dan melepaskan batang kepala tengkorak itu dari kepalanya. Lalu melemparnya ke arah jalan raya. Akibat kepalanya terlepas, Bernard bisa melepaskan diri dari genggaman pria kekar itu dan kemudian berlari ke arah gang narada.

Bernard telah sampai pada sebuah homestay yang berjarak dua rumah dari kontrakannya, muncul dua anak yang ia lihat dalam penglihatannya semalam yaitu Austin dan Bryan. Mereka menyeringai dan berdiri tepat dihadapan Bernard. Mereka memutar – mutar kepala mereka. Sesekali kepalanya memutar hingga mengarah tiga ratus enam puluh derajat ke depan. Austin memegang kepalanya dan mencabut kepalanya lalu melemparkan ke Bernard. Bernard sontak kaget dan spontan melemparkan kepala Austin ke arah Bryan. Bryan tanpa diperintah ia menerima kepala Austin dan mulai menggerogoti wajah Austin seolah daging panggang. Ketika Bryan menyantap kepala adiknya. Tubuhnya Austin seolah merasakan kesakitan. Dari kepala buntung itu mulutnya mengeluarkan suara kesakitan. Bryan tidak memperdulikan dan tetap menggerogoti wajah adiknya. Wajah Bryan tampak mengerikan. Darah kental keluar dari sekujur tubuhnya perlahan daging – daging di pipinya membusuk dan belatung – belatung berbau busuk keluar dari sana. Bryan telah berada tepat di hadapan Bernard dan memegang tangan Bernard, ingin segera menyantap tangan Bernard yang kelihatan lezat seperti roti buaya.           

            Darah dan nanah kental berbau busuk diatas tangan Bernard. Ia bergidik ngeri sekaligus jijik. Ia menghempaskan Bryan dan segera berlari kembali menuju jalan raya Gejayan. Jujur saja malam itu sangat lengang. Bernard hampir sampai di depan jalan Gejayan. Bernard dikagetkan oleh tiga mahkluk mengerikan yang menarik kedua kaki dan memegang tangannya. Bernard panik, ia berusaha berteriak tetapi percuma saja pita suaranya tidak mengeluarkan suara apa – apa.

“ Oh Tuhan berapa lama lagi ia harus menghadapi hal – hal mengerikan ini lagi, ucap Bernard pelan.

Ia menendang kedua mahkluk astral yang memegang kakinya dan menghempaskan satu mahkluk kecil, ke arah pagar salah satu rumah. Sekuat tenaga Bernard berlari meninggalkan mahkluk – mahkluk itu. Bernard berusaha berjalan melewati sebuah lorong gelap untuk menuju gang Bromo. Ia panik karena di lorong itu terdengar semacam suara pemujaan kepada Dewa Rho we da dan dewa Gohpa yang ia dengar saat ia mengalami penglihatan yang mengerikan. Arwah – arwah gentayangan berterbangan seolah tidak perduli dengan kehadiran Bernard. Tangisan pilu dan teriakan kesakitan memenuhi lorong itu. Lorong gelap itu menjadi saksi bisu yang menyaksikan penampakan mengerikan malam itu. Seorang wanita berselubungkan ular – ular hijau di kepalanya. Wajah manusia – manusia mengerikan lalu lalang di hadapan Bernard. Dua orang wanita duduk di bawah mengenakan kain putih dan menyeret tubuhnya. Rambut menutupi seluruh wajahnya. Mereka menyeret tubuh mereka, sebutan tepatnya mereka ngesot dan menuju ke arah Bernard. Bernard melewati hantu – hantu jahanam. Entah berapa kali kakinya terantuk konblok dan ia terjatuh. Sungguh lelah malam itu.

“ Oh Tuhan, kapankah ini akan berakhir ? “

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun