Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

            Dengan keberanian penuh, Bernard masuk ke dalam kontrakannya dan masuk ke dalam ke kamarnya. Ternyata yang didapati di sana sangat gila. Tidak ada anak itu di atas kasurnya dan tidak ada noda darah setitikpun yang mengotori seprei dan kasurnya. Wow, apakah ini adalah bagian dari halusinasi Bernard lagi. Bernard tidak perduli, ia cepat – cepat mengenakan kaos berkerah, celana big guy merk Lea dan sepatu ketsnya merk nike. Ia menyambar tasnya dan keluar dari kamarnya dan mengunci pintu kamarnya. Ia ngeloyor menyusuri lorong dan membuka pintu kontrakannya. Ia segera berlari keluar dan mencari warung makan untuk sarapan. Ia menghabiskan sarapan paginya di warung makan Bu Ngadiyo dan menuju ke kampus secepatnya. Iya, hari ini, hanya ada satu mata kuliah. Bernard duduk di paling belakang ruangan K.01. Ia sibuk mendengarkan dosen, karena takut ketinggalan dengan materi yang diajarkan oleh dosen. Matakuliah Pengantar akuntansi satu adalah matakuliah yang merupakan matakuliah prasyarat untuk matakuliah – matakuliah akuntansi selanjutnya. Bernard mengambil buku dari dalam tasnya. Ia merasakan sesuatu yang lembek – lembek dari dalam tasnya. Ia mengeluarkannya, oh ternyata adalah roti coklat yang ia beli kemarin malam dan lupa ia keluarkan.

“ Bodoh sekali diriku, “ ucap Bernard pelan.

            Setelah dua jam di dalam kelas. Bernard merasa agak bosan. Akhirnya Bernard beserta mahasiswa lainnya berhamburan keluar dari kelas. Bernard menuju sebuah warung makan yang super ramai yaitu texas. Banyak sekali lauk dan sayur yang ditawarkan. Sehingga ia tidak kerepotan untuk memilihnya. Ia memesan tempe mendoan, ayam goreng dan sayur labu. Bernard menyantapnya dengan super lahap dan ingin kembali ke kontrakan untuk tidur. Sepertinya pengaruh obat tidur belum meninggalkan diri Bernard sepenuhnya. Ia mengambil air mineral dari sebuah dispenser dan menghabiskan minuman itu secepatnya. Yang terpikirkan saat ini untuk Bernard, ia ingin merebahkan tubuhnya di atas kasurnya yang keras, haha. Bernard sudah berada dalam kamarnya dan menyandarkan dirinya sejenak di dinding. Ia masih ingin meredakan nafasnya yang terengah – engah akibat dirinya yang berlari dari warung makan texas menuju kontrakannya. Ia mulai merangkak menuju kasurnya dan merebahkan dirinya. Ia sangat kelelahan, hal itu terlihat dari lingkar hitam disekitar matanya.

            Sepuluh menit berlalu, tidak ada apapun yang terjadi. Bernard bersyukur ia bisa dengan tenang tidur siang tanpa mendapatkan gangguan apapun dari mahkluk – mahkluk halus. Suasana siang itu sangat panas, sengaja Bernard membuka jendela yang berada di samping kanan tempat tidurnya supaya mendapatkan angin alam dari luar. Dalam keadaan yang masih terlelap dalam tidurnya, Bernard merasakan kedinginan yang luar biasa. Bernard merasa bahwa tidak mungkin udara terasa dingin. Matahari di luar saja sudah menyorot kontrakan ini dengan serta merta dan tidak memberikan celah baginya untuk mendapatkan kesegaran. Bagaimana mungkin kamarnya terasa sangat dingin? Pikir Bernard. Bernard berusaha menarik selimut dan menutupi dirinya. Ia berpikir sangat gila, ia tidak bisa berpikir dengan jernih. Akhirnya Bernard bangun dari kasurnya. Kemudian ia mencoba membuka matanya perlahan. Ia sontak kaget, karena dikamarnya tiba – tiba diliputi oleh angin yang kuat. Hujan menerpa dirinya di dalam kamar. Jari – jari Bernard mengerut karena kedinginan. Di tengah – tengah kamarnya ada pohon kelapa yang melambai – lambai dan kamarnya menjadi lautan air berkedalaman hampir seleher dirinya. Bernard bergidik ngeri bercampur kaget, bagaimana mungkin sampai kamarnya menjadi kebanjiran seperti ini.

            Ia berusaha membuka slot pintu kamarnya dan berusaha keluar dari kamarnya. Nampaknya slotnya macet dan Bernard nyaris tenggelam karena ketinggian air hampir menutupi seluruh tubuhnya. Beberapa kali ia tersedak dan batuk berkali – kali akibat tidak sengaja meminumnya. Ia berusaha keluar dan mendobrak pintu kamarnya. Akhirnya Bernard berhasil keluar dari kamarnya. Tetapi yang menjadi gila bahwa kondisi di luar kamarnya justru banjir parah. Air membawa Bernard keluar dari kamarnya dan mendorong ia jauh menuju dapur dan mendorong ia sampai terlempar ke kebun belakang. Tempat di mana kuburan – kuburan tua itu berada. Air bah sekejap mereda dan hilang dari pandangannya. Bernard telah berada di pekarangan belakang kontrakannya dan duduk di atas sebuah kuburan tua. Bernard berusaha bangkit dan meninggalkan tempat menyeramkan itu, tetapi sepertinya ada kekuatan yang menahan dirinya hingga ia tak kuasa untuk berpijak dengan kedua kakinya. Kakinya seolah lemas dan tidak mampu digerakkan. Ia mencoba merangkak menggunakan kedua telapak tangan dan lututnya. Bernard berhasil melewati pekarangan belakang dan menuju ke pekarangan depan rumahnya. Ia berusaha masuk ke dalam kontrakannya. Yang ia lihat, nampak gila. Karena kondisi kontrakan kering dan tidak ada bekas air sedikitpun di sana. Sungguh tidak dapat ia percaya. Bernard melihat kondisi tubuhnya yang masih dalam keadaan basah akibat banjir internal tadi dan akhirnya memutuskan diri untuk mandi karena sudah tidak tahu lagi bentuk dirinya seperti apa.

            Hanya dengan mengguyur kepalanya dengan air dingin, bisa menyegarkan pikirannya. Baru dua gayung berisi air dihempaskan ke atas kepalanya. Tiba – tiba Bernard di hadapkan pada sekumpulan potongan – potongan tubuh bergelantungan di langit – langit kamar mandinya. Ia membatalkan dirinya untuk mandi dan berusaha keluar dari kamar mandi. Potongan tubuh itu terlempar mengenai kepala dan tangan Bernard, ia merasa jijik dengan yang ia alami dan berusaha keluar dari sana. Pintu kamar mandi nampaknya macet dan tidak bisa dibuka. Bernard berusaha mendobrak tetapi sia – sia. Ia tetap memaksa untuk membuka pintu itu, Akhirnya dengan segenap tenaga, pintu itu terbuka. Ia menjejakkan kakinya di luar pintu kamar mandi dan ia dikagetkan oleh seorang anak kecil yang wajahnya hampir membusuk. Tulang wajahnya terlihat jelas. Ulat dan belatung berjatuhan dari mata dan lubang hidungnya. Bernard semakin putus asa, ia jijik dan ingin segera meninggalkan tempat itu. Ia melewati anak itu dan berlari sejauh – jauhnya untuk menghindari anak setan yang ia sendiri tidak tahu mengapa mahkluk – mahkluk halus di rumah itu mengganggunya terus. Bernard segera berlari ke arah kamarnya dan membanting pintu dan menguncinya segera.    

            Kadang ia merasa heran, kenapa harus dia yang mengalami kejadian – kejadian ini. Mengapa kedua penghuni kontrakan lainnya tidak mengalami hal yang serupa. Bernard semakin gila dengan pikiran – pikirannya sendiri. Iya, tidak ada jalan lain, selain dirinya yang harus berani menghadapi mahkluk – mahkluk astral itu. Bernard berdiri dengan mantap dan membuka pintu kamar dan menyusuri lorong untuk menuju kamar mandi. Ia harus menuntaskan ritual mandinya yang belum selesai. Ia masuk kamar mandi dan ….

“ Tolong, tolong. “ sebuah suara keluar dari belakang kamar mandi.

“ Gila, siapa lagi yang minta tolong. Ini pasti hanya pekerjaan mahkluk – mahkluk halus yang ingin menakutiku. Pikir Bernard

Chapter VIII

Berkenalan dengan Mitha

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun