Mohon tunggu...
Benyamin Melatnebar
Benyamin Melatnebar Mohon Tunggu... Dosen - Enjoy the ride

Enjoy every minute

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Stealthy

30 Agustus 2021   17:01 Diperbarui: 30 Agustus 2021   17:11 1028
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bernard dan kakaknya yang masuk ke dalam gerbong, Mereka berdua mencari kursi sesuai dengan tiket yang mereka pegang. Gerbong yang mereka tempati, nampak angker dan para penumpangnya tidak terlihat bersahabat. Bernard dan kakaknya menaruh tas – tas mereka ditempatnya. Kemudian mereka keluar dari pintu gerbong kereta tempat mereka masuk dan mengobrol dengan orang tua mereka. 

Menit demi menit berjalan. Suara seorang wanita kembali berkumandang menginformasikan bahwa Kereta Api senja utama jurusan stasiun Gambir, Jakarta menuju stasiun tugu, Yogyakarta akan segera berangkat. Kakaknya Bernard mulai mencium kedua orang tuanya dan berlanjut dengan Bernard. 

Mereka saling mengucapkan selamat tinggal dan masuk ke dalam gerbong kereta api. Bernard dan kakaknya masuk kembali ke dalam gerbong dan para penumpang memperhatikan mereka. 

Penumpang yang seolah dipenuhi dengan wajah kebencian. Aura yang aneh dirasakan Bernard di gerbong ini, membuatnya ngeri.

Dari dalam kereta api, Bernard dan kakakknya melambaikan tangan dan dari luar disambut kedua orang tuanya. Maminya Bernard terlihat sedih melambaikan tangannya, sambil tangan kanannya memeluk papinya Bernard. Sebuah perjalanan yang akan ditempuh menuju salah satu kota terindah di Indonesia. Iya, Yogyakarta sebuah kota seribu satu kenangan bagi Bernard. Para pedagang asongan berhamburan memasuki gerbong demi gerbong dan menjajakan aneka jajanan yang menggugah selera. 

Tidak ketinggalan para pengamen ingin menemani kemeriahan suasana gerbong dan mengharapkan uluran tangan para penumpang yang baik hati. Bernard terlihat sangat lelah, ia menyandarkan kepalanya ke dinding kereta api sambil memasangkan earplug yang disambungkan dengan ponselnya. 

Kemudian ia memejamkan matanya. Kakaknya sibuk membaca tabloid wanita yang ia beli dari salah satu penjual Koran. Ia tetap sibuk membalik – balikan halaman tabloid dan fokus melihat berbagai fashion yang terpampang di dalamnya. Sudah hampir pukul empat pagi. 

Bernard masih saja membalik – balikkan tubuhnya ke kiri dan kanan di kursi penumpang yang membuat tubuhnya sangat kelelahan. Sedangkan kakaknya yang berada di depannya, mudah sekali terlelap di kursi penumpang. Para penumpang lain terlihat ada yang sedang menikmati cemilan dan menatap kearah pemandangan luar yang melulu hanya lahan pertanian dan terasering. Bernard berusaha mengambil buku yang ia taruh di meja kecil yang terpasang di hadapannya. Ia meneruskan bacaannya yang sudah dibatasi dengan pembatas kertas berwarna oranye. Seorang anak kecil datang mendekati Bernard. Wajahnya rata dan memegang tangan Bernard. Bernard sontak kaget dan berusaha menjauh dari anak itu. Kakaknya Bernard memegang lengannya Bernard dan menggoncang – goncangkan tubuhnya.

“ Thanks God. Ternyata hanya mimpi. “ Ucap Bernard

Hampir satu jam lamanya, Bernard berkutat dengan bacaannya dan merasa penasaran dengan akhir dari novel yang di bacanya. Sesekali pandangannya di arahkan ke luar. 

Sesosok kepala tanpa leher tampil di kaca luar kereta api. Bernard kaget dan sontak berdiri. Ia berusaha memberitahu kakaknya ternyata percuma. Kepala itu tiba – tiba menghilang entah kemana. Langit biru mulai membentang, tanda subuh berganti pagi. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun