"Tenang dulu, Fit. Kita cari solusinya sama-sama. Jangan gegabah. Aku tahu ini membuatmu sangat hina dan terpuruk, tapi jangan sampai kau ada niatan untuk menghabisi nyawa si janin yang tidak tahu menahu tentang ini."
"Iya" suara lirih itu, ah. Aku tak kuasa, Dewa.
"Bagaimana, Wan. Apa kamu bersedia dengan hal itu. Aku mohon, Wan. Aku akan merasa sangat hina jika kau tak mau menerima tawaranku ini." Lanjutnya.
Terlena dari perbuatan yang hanya memberikan kenikmatan sesaat. Mencelupkan liang yang sepatutnya belum diperizinkan untuk dipersilakan. Dewa, andaikan aku bisa memanipulasi rasa dan hatiku dengan wanita lain. Sepertinya walupun begitu, aku belum bisa. Jika aku mengiyakan, aku akan menjadi seseorang yang sangat naif dibuana ini.Â
Bayangan setiap lekuk keindahannya masih melekat di tahta kalbuku, Tuan
Bagaimana bisa aku menyingkirkan setiap nadi yang melekat pada inangnya
Aku menjadi pujangga yang lara
Lara akan semua pilihan yang melilitÂ
Delusi cinta yang tak berporos
Akankah menjadi sebuah potret kehidupan yang non fiktif, Tuan?
Esok hari aku tak sengaja menemui dia yang duduk termenung. Aku paham apa yang ia pikirkan dan rasakan.Â