Aku masih memperhatikan sosok yang membungkuk hormat itu dengan takjub hingga kami benar-benar melewatinya.
"Itu Sagrip, Pak," kataku penuh keheranan, "benar-benar Sagrip!"
"Bukan."
"Lha?"
"Kau pikir orang yang sudah mati bisa jalan-jalan pagi semaunya? Itulah setan. Pandai meniru. Jika kau mempercayainya, kau pasti tidak pernah mengaji."
"Memang bapake pernah ngaji?"
"Aku mengaji dengan caraku sendiri."
Aku mengangguk-angguk.
Terbayang lagi peristiwa semalam, suatu pengalaman yang ajaib dan menakjubkan buatku. Cukup sekali saja kualami karena aku sungguh tidak ingin mengulanginya lagi.
"Kau masih menyimpan rasa takut?" tanya Mat Wiji.
Aku menggeleng mantap.