Mohon tunggu...
A K Basuki
A K Basuki Mohon Tunggu... karyawan swasta -

menjauhi larangan-Nya dan menjauhi wortel..

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(FiksiHorror) Tujuh

14 Mei 2011   12:07 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:42 339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kemari kau," katanya setelah meletakkan puntung rokoknya pada sisi sebuah nisan.

Aku beringsut mendekat.

"Apapun yang terjadi nanti, jangan tunjukkan ketakutan, jangan berkata apapun, jangan lari dan jangan tutup matamu kecuali untuk berkedip. Jangan pula tutup hidung dan telingamu," katanya kemudian sambil mengeluarkan sebuah kantung dari saku celananya, membukanya dan menumpahkan isinya yang ternyata adalah tanah pada telapak tangannya. Diludahinya tanah itu, lalu dengan jari telunjuknya itu di sentuhnya sedikit-sedikit dan dioleskannya ke sekitar mata, hidung, telinga dan mulutku. Sisa tanah itu kemudaian diratakannya ke seluruh lengan dan kakiku.

"Apa ini, Pak?" tanyaku tambah berdebar.

"Tanah yang aku ambil dari kuburan bapakku."

"Biar?"

"Biar tidak digigit nyamuk," jawabnya seperti asal-asalan sambil tertawa terkekeh lagi.

"Jangan bercanda, Pak," kataku.

"Eh, betul ini," katanya lagi setelah selesai membaluri lengan dan kakiku dengan apa yang disebutnya tanah kuburan bapaknya. Lalu sambil menepuk-nepuk kepalaku mengucapkan sedikit mantra di telingaku: "Duh, Gusti kang murbing dumadi..mugi slamet jabang bayine Basuki."

Makin berdebar saja aku mendengar itu.

"Ada apa sih, Pak?"

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun