"Kawan-kawan, ada sampah, itu....," tiba-tiba Saipul menunjukkan sebuah plastik hitam, di pinggir sungai. Nampaknya sampah itu, baru saja dibuang orang. Tapi karena asyik berenang dan bersenda-gurau, Udin dan kawan-kawan, tidak mengetahui kapan dan siapa yang sudah membuang sampah di sungai, pagi itu.
Mereka bertiga segera mendekati plastik berisi sampah itu, untuk diambil, kemudian ditaruh di tempat penimbunan sementara, selanjutnya dibakar.
"Tidak mungkin ibu-ibu di sini masih mau membuang sampah," celetuk Saipul. Dia paling dulu tiba di dekat plastik berisi sampah itu.
"Iya, tidak mungkin," jawab Udin.
"Pasti bukan warga sini. Mungkin warga luar," kata Fahmi.
Saat plastik dibuka, isinya berupa sampah rumah tangga. Selain itu, ada juga pecahan gelas kaca.
"Waduh, ini bahaya sekali sampahnya. Ada pecahan kaca. Kalau berserak, pecahan kacanya bisa melukai orang," teriak Saipul, setelah melihat isi sampah yang ada pecahan gelas kaca.
"Iya, keterlaluan yang buang sampah ini," ujar Udin merasa jengkel.
"Siapa ya, yang tega buang sampah berbahya seperti ini, di sungai kita?" tanya Fahmi pula.
"Perlu dikasih penyuluhan orang ini," kata Udin.
"Iya, kawan-kawan. Bang Didi perlu kita kasih tahu, biar dikasih penyuluhan orang ini," sahut Saipul.