Mohon tunggu...
Anita Kencanawati
Anita Kencanawati Mohon Tunggu... Penulis - Ketua WPI (Wanita Penulis Indonesia) Sumut

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Laskar Cilik Penjaga Sungai Deli

20 November 2019   17:49 Diperbarui: 13 Desember 2019   08:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebelum sekolah, Udin sarapan dulu bersama adiknya, Fatimah. Pagi itu, seperti biasa, ibu mereka menyediakan nasi putih dengan telur dadar. Udin dan Fatimah memang suka telur dadar. Sesekali, ibu mereka memasak sarapan nasi goreng. Kalau ayahnya lagi banyak rezeki, sesekali mereka bisa membeli sarapan lontong yang dijual Wak Taing, tetangga Udin. Wak Taing menjual sarapan dengan harga yang terjangkau untuk warga pemukiman bantaran Sungai Deli. 

"Ayo, Imah, cepat makannya. Sudah hampir jam tujuh," kata Udin melihat adiknya, Fatimah, masih belum menghabiskan sarapannya.

"Iya, Bang.." kata Fatimah. Dia mengebut makannya. 

Terdengar suara Fahmi memanggil dari luar rumah. Udin dan Fatimah segera pamitan pada ibunya. Tinggal ibu mereka yang ada di rumah. Ayah mereka, sudah terlebih dulu pergi bekerja.

Udin, Fatimah dan Fahmi berjalan kaki menuju sekolah mereka. Sekitar sepuluh atau lima belas menit, mereka menghabiskan waktu untuk berjalan kaki ke sekolah. 

Setelah pulang sekolah, Udin makan siang dan menyiapkan pekerjaan rumah (PR) yang diberikan gurunya. Sebenarnya, anak-anak sanggar bisa meminta bantuan abang atau sukarelawan yang mengajar di sanggar, jika kesulitan mengerjakan PR yang diberikan guru di sekolah. Tapi, Udin lebih suka berusaha terlebih dahulu. Jika dia bisa mengerjakan sendiri, Udin tidak mau meminta bantuan sukarelawan sanggar. Tapi kalau tidak bisa dikerjakan sendiri, dia baru meminta bantuan sukarelawan sanggar.

Sorenya, seperti biasa, Udin ke sanggar. Sore itu, sukarelawan yang mengajar di sanggar hanya Kak Lusi. Biasanya, siapa pun sukarelawan yang mengajar, selalu ada Bang Didi yang mendampingi. Kata Kak Lusi, Bang Didi tidak bisa datang ke sanggar karena harus kuliah sore itu.

Padahal Udin ingin sekali bertemu dengan Bang Didi. Udin bersama Fahmi dan Saipul ingin memberitahu Bang Didi tentang pembuang sampah misterius, yang sudah dua hari membuang sampah di pinggiran Sungai Deli.

"Bang Didi tidak datang. Kita harus bagaimana?" tanya Udin pada Fahmi dan Saipul.

Fahmi dan Saipul diam. Keduanya sama sekali tidak menduga, sore itu Bang Didi tidak datang.

"Bagaimana kalau nanti malam kita jebak pembuang sampah itu?" ajak Udin pada Fahmi dan Saipul.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun