Harum ubi goreng yang baru dimasak, mengundang selera. Apalagi perut yang sudah terasa lapar, membuat Udin dan Saipul berebutan mengambil ubi goreng di tangan Fahmi.
"Ha...ha...ha...ha..., laskar cilik Sungai Deli pada kelaparan," Fahmi tertawa geli melihat tingkah Udin dan Saipul berebutan ubi goreng dari tangannya.
Mereka pun menikmati ubi goreng.Â
"Aduh, aku lupa mengambil air minum. Sebentar ya, kawan-kawan," Fahmi kembali berlari menaiki tangga dapur rumahnya. Tidak berapa lama, dia sudah menuruni tangga lagi. Membawa tiga cangkir yang terbuat dari plastik, serta teko plastik berisi air putih hangat.
"Ayo....minum. Jangan sampai ubinya nyagkut di tenggorokan," Fahmi menyodorkan secangkir air putih pada Udin, kemudian pada Saipul. Udin dan Saipul mengambil minuman dari tangan Fahmi.
Meski sepiring ubi goreng sudah habis dicicipi, namun mereka bertiga belum juga bisa mendapatkan ide, bagaimana menemukan orang yang sudah membuang sampah di sungai pagi itu.Â
Akhirnya Udin pamitan, dan berjanji akan memberitahu Fahmi dan Saipul tentang langkah yang akan mereka lakukan untuk bisa menemukan pembuang sampah misterius tersebut.
Dia harus segera pulang, karena ayah dan ibunya akan pergi ke acara syukuran pernikahan Makcik Latifah. Makcik Latifah adalah adik bungsu ibunya. Kemarin, ibunya sudah mengingatkan Udin agar ikut ke acara syukuran pernikahan Makcik Latifah.
*****
Pagi keesokan harinya, Udin dikejutkan dengan panggilan Fahmi dari luar rumah. Udin baru saja selesai membantu ibunya menyapu rumah dan membersihkan peralatan dapur yang digunakan ibunya memasak untuk sarapan pagi, sekaligus makan siang serta makan malam.
Selesai menyiapkan masakan untuk keluarga, Ibu Udin biasanya segera bersiap untuk bekerja menjadi tukang cuci di beberapa tempat. Sedangkan Ayah Udin, harus segera berangkat juga ke tempatnya mengais rezeki, sebagai buruh angkat barang di terminal bus.