Mohon tunggu...
Anita Kencanawati
Anita Kencanawati Mohon Tunggu... Penulis - Ketua WPI (Wanita Penulis Indonesia) Sumut

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Laskar Cilik Penjaga Sungai Deli

20 November 2019   17:49 Diperbarui: 13 Desember 2019   08:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udin terburu-buru menaiki tangga bangunan sanggar belajar, tempat anak-anak yang tinggal di pinggiran Sungai Deli berkumpul setiap sore. Di sanggar itu, Udin dan anak-anak lainnya bisa membaca buku, mendapatkan tambahan ilmu dan pengetahuan dari abang dan kakak sukarelawan sanggar. 

Setiap sore, kecuali hari Sabtu dan Minggu, Bang Didi, yang merupakan pembina sanggar bersama kawan-kawan sekampusnya, sudah siap memberikan berbagai tambahan ilmu kepada anak-anak yang tinggal di sekitar pinggiran Sungai Deli. Mereka juga selalu siap membantu anak-anak mengerjakan PR (Pekerjaan Rumah) yang diberikan guru di sekolah. 

Sanggar belajar itu sudah dua tahun didirikan di tengah pemukiman penduduk pinggiran Sungai Deli. Sebuah bangunan tinggi, beratap seng yang sudah berkarat, berdinding bambu. Jika hari hujan, air hujan bisa masuk ke dalam ruangan sanggar, melalui celah-celah jendela yang terbuka, karena tak berpintu. 

Di dalam ruangan sanggar yang tidak terlalu besar, ada lemari kayu buatan Bang Didi bersama kawan-kawannya, sebagai tempat buku dan komik. Di dinding, dekat jendela, bergantung sebuah papan tulis yang digunakan para sukarelawan sanggar untuk menulis bahan pelajaran yang diberikan kepada anak-anak sanggar. Sementara anak-anak sanggar duduk di lantai kayu berlapiskan tikar dari bahan plastik.

Udin memberi salam, saat memasuki ruangan sanggar. "Assalamualaikum."

Bang Didi dan kawannya yang akan memberikan pelajaran kepada anak-anak sanggar sore itu, membalas salam Udin. "Waalaikum salam."

Udin yang datang terlambat, duduk di barisan belakang. Sore itu, anak-anak sangar cukup ramai yang datang untuk belajar.

"Baiklah, adik-adik. Kita mulai pelajaran sore hari ini. Kita mulai dulu dengan salam khusus kita ya. Ayoooo yang semangat, Sungai Deli...!" Bang Didi berteriak. Lalu Udin dan kawan-kawan menyambut teriakan Bang Didi dengan teriakan pula, "Bersih...!"

Kemudian Bang Didi berteriak lagi, "Sungai Deli...!" Udin dan kawan-kawan menyambut dengan teriakan, "Bukan tong sampah...!"

Ya, itulah salam khusus anak bantaran Sungai Deli yang diajarkan Bang Didi pada Udin bersama kawan-kawannya, sejak sanggar belajar itu didirikan. Sebuah salam yang mengingatkan dan mendidik Udin dan anak-anak pinggiran Sungai Deli agar senantiasa menjaga Sungai Deli selalu bersih, dan jangan sesekali membiarkan Sungai Deli menjadi tong sampah. Maklum, Bang Didi merupakan pegiat komunitas peduli Sungai Deli.

Kawan Bang Didi, yang duduk bersila di samping kiri Bang Didi, tersenyum melihat semangat Bang Didi dan anak-anak bantaran Sungai Deli meneriakkan salam khusus tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun