Mohon tunggu...
Anita Kencanawati
Anita Kencanawati Mohon Tunggu... Penulis - Ketua WPI (Wanita Penulis Indonesia) Sumut

Penulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Laskar Cilik Penjaga Sungai Deli

20 November 2019   17:49 Diperbarui: 13 Desember 2019   08:02 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karena waktu sudah hampir memasuki Maghrib, Bang Irfan menutup pertemuan dengan anak-anak sanggar. Sama seperti waktu Bang Didi membuka  pertemuan, saat menutup pertemuan, Bang Irfan juga meneriakkan salam khusus.

"Sungai Deli......!" teriak Bang Irfain, dan disambut anak-anak sanggar dengan teriakan : "Bersih...!"

"Sungai Deli....!" teriak bang Irfan sekali lagi, kemudian disambut anak-anak sanggar dengan teriakan :"Bukan tong sampah..!"

Udin beserta anak-anak sanggar kemudian menyalami bang Irfan dan Bang Didi, sebelum pergi meninggalkan sanggar. 

Langit mulai gelap. Udin menuruni tangga bangunan sanggar yang agak curam. Tangga yang terbuat dari kayu, dengan lebar hanya setengah meter. Jika orang ingin naik dan turun tangga, terpaksa satu-persatu, tidak muat untuk dua orang. Apalagi bagi orang dewasa. Untungnya, Udin dan kawan-kawan sudah terbiasa menaiiki dan menuruni tangga yang agak curam itu. 

Anak-anak sanggar ada empat puluh tujuh orang. Anak laki-laki lebih banyak dari anak perempuan. Mereka terdiri dari anak-anak yang sekolah pada pagi hari. Ada yang kelas satu SD, kelas dua hingga kelas enam. Ada juga yang masih TK. Dan tiga orang, sudah duduk di bangku SMP. 

Dulu, sebelum sanggar itu ada, banyak anak-anak bantaran Sungai Deli yang sudah kelas empat, tapi belum bisa membaca. Bang Didi bersama kawan-kawannya, relawan sanggar, akhirnya bisa membuat anak yang belum bisa membaca, jadi bisa membaca. 

Untuk memberi semangat agar Udin dan anak-anak bantaran Sungai Deli tertarik membaca, Bang Didi bersama kawan-kawannya, menyediakan banyak buku cerita dan komik di sanggar itu. Dengan catatan, buku cerita serta komik yang dibaca, harus diletakkan kembali di tempat rak buku sanggar. Anak-anak sanggar diajarkan untuk disiplin dan bertanggungjawab dengan buku yang dibacanya. Buku harus dijaga jangan sampai koyak.

"Udiiiiin...." suara memanggil namanya, membuat Udin yang baru menginjakkan kaki di tangga dasar sanggar, menghentikan langkah. Kepalanya mendongak ke atas. Rupanya, Fahmi yang memanggilnya. Usia Fahmi sebaya dengan Udin. Mereka juga sekolah di tempat yang sama, dan di kelas yang sama.

"Ada apa, Fahmi?" tanya Udin, setelah Fahmi sampai di dekatnya.

"Ayo, Din, kita berenang di sungai. Belum Maghrib, kan?" ajak Fahmi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun