" Waalaikumsalam" jawab dari dalam rumah, dan aku dibukakan pintu oleh anaknya. " Silahkan masuk." Sambungnya
       Aku dipersilahkan menunggu diruang tamu yang kursinya masih terbuat dari anyaman bambu itu. Terdengar suara tongkat yang menyentuh lantai kayu. Dengan suara yang berdecit dan muncullah pak Kyai yang terlihat sudah sangat sepuh itu. Dengan pelan dan hati-hati pak Kyai melangkahkan kakinya untuk menemuiku.
       Lalu pak Kyai duduk dan terdiam sejenak untuk mengistirahatkan badannya. Aku masih tidak berani melihat pak Kyai secara langsung. Jadi, aku hanya menundukkan kepalaku tanpa sepatah kata pun keluar  dari mulutku. Suasana hening cukup lama kira-kira sepuluh menit pak Kyai terpejam matanya. Lalu pak Kyai menyuruh anaknya untuk menyuguhiku air minum.
" Kamu ini yang namanya Sutan?" tanya pak Kyai
" Be..betul pak Kyai saya Sutan." Jawabku
" Baguslah kau masih ada disini" kata pak Kyai " Bapakmu sudah menitipkan kamu kepada saya, ia minta agar saya memulangkan kamu kembali saat usiamu sudah menginjak 18 tahun. Dan sekarang berapa usiamu nak?" tanya Pak Kyai
" Tepat hari ini saya 18 tahun pak Kyai." Jawabku
" Kalau begitu sekaranglah saatnya. Kamu akan menjumpai takdirmu yang sebenarnya." Tutur pak Kyai
" Maksud pak Kyai bagaimana?" tanyaku
" Setiap manusia akan mengalami masa paling sulit dihidupnya. Namun jika ia berhasil melewatinya maka derajatnya akan naik di hadapan Allah. Setiap orang berhak memimpin dirinya masing-masing dan berhak pula memimpin orang lain. Namun semua itu perlu satu keteguhan dalam hati. Jangan sampai imanmu goyah." Tutur pak Kyai. Lalu terdiam kembali sejenak dan memejamkan matanya.
Lalu pak Kyai memberiku nasihat sebelum aku dikembalikan ke orang tuaku