" Ingat Sutan selalu jaga keimananmu. Jangan biarkan apa pun merusak imanmu di luar sana." Tutur pak Kyai
      Setelah itu aku dipersilahkan meninggalkan pesantren kapan pun aku suka dan bisa kembali kapan pun aku suka. Lalu aku berjalan keluar dari rumah pak Kyai. Saat-saat seperti inilah ujian dalam kehidupan yang sesungguhnya itu datang. Ujian itu datang dari segala penjuru baik secara internal atau eksternal.
      Selepas subuh aku menenteng sebuah tas di pundakku. Aku berjalan menuju ke dunia luar yang kejam itu. Tepat berada di depan pintu masuk pesantren aku terdiam sejenak. Membalikkan badanku dan memandangi tempat di mana aku dididik. Sekaranglah saatnya aku harus menghadapi  dunia luar yang kejam. Di bawah bayang-bayang kekuasaan bangsa asing di negeri sendiri.
      Ketika ayam jantan mulai berkokok karena melihat cahaya dari ufuk timur. Aku berjalan sendirian menuju desa. Di saat ini biasanya para penduduk desa banyak yang sudah pergi ke ladang mereka masing-masing. Mengurusi sawah ataupun membuat bahan makanan untuk dimakan hari ini.
      Di sebuah jalan setapak aku melangkahkan kakiku dengan cepat dan berhentilah aku di sebuah jembatan. Dari atas aku lihat seseorang yang aku kenal. Rupanya itu Danu yang sedang membersihkan hasil panennya di sungai di pinggiran sungai. Segera bergegas aku menemuinya.
" Hey Danu!" sapaku dari tepi sungai
      Danu mengerutkan dahinya, lalu matanya terbelalak seakan tak percaya melihatku kembali
" Sutan kaukah itu?" tanyanya
" Ya benar aku Sutan temanmu." Jawabku
      Segera ia langsung berlari menghampiriku.
" Benar kau rupanya!" kata Danu sambil menepuk-nepuk pundakku. " Sudah lama sekali rasanya. Bagaimana kabarmu?" tanyanya