Langit biru telah berubah menjadi hitam. Malam pun menyapa. Selepas mengantar Melani kembali ke penginapan, Ari pun pulang ke rumah. Ia menyebrangi zebra cross perempatan tak jauh dari rumahnya.
Semakin hari Ari semakin dekat dengan Melani. Ia tak mempedulikan lagi Melani adalah keturunan Tiong Hoa yang notabene dimusuhi oleh warga Artapuri. Ia tak lagi bersembunyi di balik jaket milik Yandi.Â
Ia tak lagi peduli orang-orang mau berkata apa soal kedekatannya dengan Melani. Yang Ari pikirkan, ia nyaman jalan dengan Melani jadi untuk apa ia pusing memikirkan apa kata orang.
Ari berjalan dengan santai menuju rumah. Sampai ia tiba di depan halaman rumah, ia melihat orang-orang berpakaian serba hitam berdatangan. Mereka masuk ke dalam rumah Rita satu per satu. Di depan pintu terlihat Rita dan Tomas yang juga berpakaian hitam sedang menerima tamu.
Hal itu membuat Ari menjadi penasaran. Ia berjalan mendekat. Ari mendengar suara lantunan doa yang mengalun cukup keras. Wajah Ari mulai terlihat tak nyaman.
Rita dan Tomas menyadari Ari telah berada di depan pintu. Mereka segera menyambut Ari. Rita terlihat ragu.
"Ari, kau sudah pulang?" tanya Rita.
"Apa-apaan ini?!" Ari balik bertanya. Ia memandangi orang-orang duduk di lantai ruang tamu sambil membaca surat yasin.
"Maafkan aku, aku tak sempat memberi tahumu. Hari ini adalah hari peringatan 3 tahun kepergian ayah dan ibumu. Kami mengadakan doa bersama warga." terang Rita.
Ari melirik foto Linda dan Herman berpigura terletak di atas meja. Ari semakin panik. Seketika pandangannya menjadi kabur. Ia tak dapat melihat dengan jelas. Tubuhnya mulai linglung.
"Ari, kau baik-baik saja?" tanya Rita.