"Saya mencari pasien yang bernama Tan Soe Ping yang kemungkinan dirawat tahun 1998 di sini." terang Melani sekali lagi.
Lagi-lagi Suster Diana menoleh Ari. Ari semakin mengangguk. Suster itu pun memasang wajah bingung.
"Maaf nyonya, saya takut saya tidak dapat membantu anda."
"Tolonglah sus. Ia adalah papa saya. Kami kehilangan kontak 21 tahun yang lalu. Saya harus mencari keberadaannya."
"Maaf, ini adalah kode etik rumah sakit. Kami tidak dapat memberikan data pasien kepada orang asing." kata Suster Diana.
Ari mengambil alih pembicaraan. "Tolong lah, sus. Ia jauh-jauh dari Semarang untuk mencari ayahnya yang hilang. Pasti ada yang bisa kau lakukan."
"Maaf. Ini sudah peraturan kami." kata Suster Diana tetap menolak dengan tegas dan sopan.
Ari dan Melani saling toleh. Ari mengangguk. Melani pun balas mengangguk tanda mengerti isyarat Ari.
Melani merogoh tas merahnya. Dari dalamnya ia mengeluarkan 5 lembar uang seratus ribuan. Ia meletakkan uang tersebut di atas meja resepsionis. Suster Diana melirik uang Melani di atas meja.
"Maaf, saya tidak bisa membantu anda." suara Suster Diana terdengar yang mulai goyah.
Melani mengambil 3 lembar uang seratus ribuan lagi dari dalam tasnya lalu meletakkannya berjajar di atas meja. Terlihat mata suster Diana mulai melirik-lirik uang tersebut.