Ari seperti tak ingin mendengar kata-kata Rita. Ia menutup kedua telinganya dengan bantal. Dirinya masih belum bisa membuka diri.
"Tapi ketahuilah... Aku melakukan ini untuk mendoakan ayah dan ibumu. Hanya itu. Mereka adalah saudaraku. Kau pun juga keponakanku." Terdengar suara Rita menghela nafas. "Ari, kau satu-satunya keponakanku. Aku juga telah menganggapmu sebagai anakku sendiri. Aku dan Tomas sangat menyayangimu lebih dari apapun di dunia ini. Semua hal kami lakukan yang terbaik untukmu."
Ari semakin mendekatkan bantal di telinganya.
"Aku tahu kau masih belum bisa menerima kepergian mereka.. Tak apa Ari. Aku mengerti. Aku hanya ingin kau membagi bebanmu pada kami. Kita akan cari solusinya sama-sama. Asal kau cerita semuanya pada kami. Kami hanya ingin membantumu melewati masa-masa sulit dalam hidupmu..."
Ari tak kunjung merespon Rita.
"Ari, satu hal yang perlu kau tahu. Kami akan selalu ada untukmu. Yang perlu kau lakukan hanyalah membuka hatimu untuk kami. Biarkan kami masuk dan mengobati luka di hatimu."
Mata Ari terpejam. Ia sungguh tak ingin mendengar apapun dari Rita. Ari pikir, ia dapat mempercayai Rita. Namun ternyata ia salah. Rita dengan lancang telah membuka luka lama Ari. Dan Ari tak dapat terima itu. Semakin Rita mengemis maaf dari balik pintu, semakin Ari memejamkan matanya.
---
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H