(16) Selarik Tanya
Dalam hening, aku merangkai kata. Kata manis darimu yang berujung kepahitan. Ibarat kopi tanpa gula yang disengaja diperuntukkan untukku. Haruskah aku jujur dengan rasa yang kau berikan?
Atau mencoba menikmati tetes demi tetes kepahitan itu
Sebenarnya apa yang pahit? Kopi atau janjimu?
Kopi bisa di minum.
Lantas janjimu, harus diapakan? Dilemparkan ke orang yang berhak menerimanya yang akan merasakan manis yang seutuhnya?
(17) Sadtember
September tak membawa matahari tiba. Langit yang malang, ia merindukan senja namun yang tandang adalah hujan. Dinginnya membekukan relung hati, kehangatan raib dari netra.
Goyangkan saja ilalang, biar mereka menari agar tak ada lagi sepi. Gelasku sayang, kopimu amat legit namun ampasmu tak kalah pahit. Mari berdialog dengan bayangan, agar kau tahu betapa tersiksanya bergelut dengan khayalan.
(18) Sebilah Rindu
Lara hati