“Bonjoah...” jawab Ci setengah tersenyum.
“Ni hao, Ci...?”
“Alhamdulillah, bi khoir, anta ya Ajo?”
“Mituuu...!” tereak Ben sewot karena merasa tidak dilibatkan, yang kembali menebar virus tawa di antara mereka bertiga.
Tapi percakapan Ci dan Ajo selanjutnya membuat Ben bengong sendiri. Alangkah cepatnya Ci berubah? Padahal baru kemarin Ben saling mengingatkan agar lebih menjadikan track record sebagai rekam jejak keilmuan, dan bukannya sekedar catatan kehidupan. Tapi sekarang...?
Ah, cepat sekali Ci berubah. Sementara mereka terus saja bercakap-cakap, menyisakan Ben yang dah mirip banget sama sapi ompong.
“Aina taskun, Ci?”
“Jakarta...”
“Al’an?”
“Na’am,” Ci tertawa. Kan ga lagi ngomongin tentang dulu...
“Min Jakarta? Ma’a Ben?” Ajo sedikit menyelidik.