*************************************************************************
#7- Cinta yang Menyentak
“Ini yang namanya Ajo yah, Ben…” bisik Ci dengan wajah menunjukan rasa sangsi yang amat kentara. Koq gaya berpakaiannya agak mirip sama Sa, yah?
“Ho-oh, Ci... Ga meyakinkan, yah...?” balas Ben dengan berbisik pula.
Ben tatap lagi sosok gondrong itu dengan lebih seksama. Tubuh jangkis, rambut agak kemerahan di bawah pundak dengan dua buah kepang kecil di kiri-kanan bagian depan. Tangan bergelang tali prusik, kemeja agak ngepres body warna pinky dengan lengan digulung santai hingga bawah siku (cowok pake pinky... :-D ) serta sebuah jarum kecil yang menancap angkuh di bibir kiri bawah... Siapa yang berani menduga bahwa sosok aneh ini adalah seorang guru ngaji? Seorang pengajar? Atau seorang yang menghabiskan cukup banyak waktunya untuk kegiatan akhirat? Dari musholla ke musholla... Dari tarbiyah ke tarbiyah... Serta tak bosan-bosannya meloncat nekat merenggut satu gelap ke gelap lain lalu mengubahnya hingga menjadi terang yang senang. Meski untuk itu seringkali ia harus menjadi amat tertatih, begitu tersuruk, bahkan tak jarang pecah terbanting hingga tersisa cuma keping.
“Begitu ceritanya, Ajo...” ucap Ben mengakhiri kisah kesalah pahamannya dengan Sa. Sementara Ajo terlihat menarik napas panjang dan dalam.
“Ini semua gara-gara Ci, nih,” ucap Ben lagi sambil melerok ke arah Ci yang jadi bingung.
“Koq Ci yang salah, Ben…?”
“Iya... Kan Ben ketularan sifat lugu dan polosmu itu...”
Gitu, Ben…?”