Bab 10: Jalan Menuju Keberanian
Pagi itu, Alya bangun dengan perasaan campur aduk. Setelah percakapan mendalam dengan Arga semalam, ia merasa sedikit lebih tenang, tetapi keraguan tentang masa lalu Arga masih menghantui pikirannya. Ia tahu bahwa untuk bisa melangkah maju, ia harus menemukan cara untuk mengatasi perasaan ini.
Setelah mandi dan sarapan, Alya memutuskan untuk berjalan-jalan di taman kampus. Udara segar dan sinar matahari yang hangat memberinya semangat baru. Saat berjalan, ia memikirkan bagaimana cara terbaik untuk menghadapi ketakutannya dan membantu Arga meraih kedamaian dengan masa lalunya.
Di tengah pikirannya, ia menerima pesan dari Arga. “Pagi, Alya! Bagaimana kalau kita berjumpa siang ini? Aku ingin merencanakan beberapa hal untuk presentasi.”
“Pagi, Ga! Tentu, kita bisa bertemu di kafe jam 1 siang?” jawab Alya.
Alya tiba di kafe lebih awal dan memesan segelas latte, menantikan kedatangan Arga. Ketika Arga masuk, ia terlihat lebih ceria, senyumnya membuat hati Alya berdebar.
“Hai, Alya! Kamu terlihat segar pagi ini,” kata Arga, mengambil tempat di sebelahnya.
“Hai, Ga! Terima kasih. Aku baru saja berjalan-jalan. Bagaimana harimu?” Alya bertanya, berusaha mengalihkan perhatian dari keraguan yang masih membayangi.
“Bagus! Aku punya beberapa ide untuk presentasi kita,” jawab Arga, mulai menjelaskan rencananya dengan antusias. Alya mendengarkan dengan seksama, merasakan semangat Arga yang menular.
Setelah berdiskusi tentang presentasi, Alya merasa lebih nyaman dan mulai membuka topik yang lebih pribadi. “Ga, kemarin kita membahas tentang Mira. Aku merasa, meskipun kita ingin melanjutkan, masa lalu itu mungkin perlu kita hadapi lebih lanjut.”
Arga menatapnya dengan serius. “Aku setuju. Kita tidak bisa melanjutkan tanpa benar-benar memproses apa yang terjadi. Apa kamu ingin kita bicarakan lebih dalam?”