Wei menghela napas panjang. "Aku tidak tahu, Na. Aku merasa terjebak di antara kewajiban keluarga dan perasaanku padamu. Aku tidak ingin kehilanganmu, tapi aku juga tidak bisa mengecewakan keluargaku."
Na merasakan kepedihan dalam kata-kata Wei. Dia tahu betapa berat situasi ini bagi Wei, dan dia merasa harus memberikan dukungan.
"Pak Wei, saya menghargai kejujuran Anda. Kita harus mencari cara untuk mengatasi ini bersama. Apakah Anda sudah berbicara dengan orang tua Anda tentang perasaan Anda sebenarnya?" tanya Na dengan lembut.
Wei menggelengkan kepala. "Belum. Aku belum tahu bagaimana cara mengungkapkan ini kepada mereka tanpa membuat situasi semakin buruk."
Na mengangguk. "Kita harus berpikir dengan hati-hati. Mungkin ada cara untuk mencapai kesepakatan yang menguntungkan semua pihak."
Selama beberapa hari berikutnya, Wei dan Na bekerja sama untuk mencari solusi. Wei akhirnya memutuskan untuk berbicara secara jujur dengan orang tuanya. Dia menjelaskan perasaannya terhadap Na dan betapa pentingnya kebahagiaan pribadi baginya.
Awalnya, orang tuanya sulit menerima kenyataan ini. Namun, dengan dukungan dari Na dan Tuan Li yang lebih pengertian, mereka mulai memahami perasaan Wei. Mereka setuju untuk mencari solusi yang tidak hanya menguntungkan keluarga, tetapi juga menghormati pilihan hati Wei.
Chapter 8 berakhir dengan Wei yang berdiri di persimpangan besar dalam hidupnya, berusaha menyeimbangkan antara tanggung jawab keluarga dan cinta sejatinya. Meskipun tantangan besar di depan, dengan dukungan dari Na dan keluarganya, dia mulai melihat secercah harapan bahwa kebahagiaan dan tanggung jawab dapat berjalan beriringan.
Chapter 9: Keputusan yang Menentukan
Setelah berbulan-bulan menghadapi persimpangan antara kewajiban keluarga dan perasaannya terhadap Li Na, Chen Wei akhirnya merasa perlu mengambil keputusan. Diskusi dengan kedua orang tuanya, Tuan Li, dan Na sendiri membantunya melihat berbagai sudut pandang dalam masalah ini.
Suatu hari, Wei memutuskan untuk mengundang Na ke rumahnya untuk berbicara secara pribadi. Mereka duduk di ruang tamu yang tenang, ditemani oleh secangkir teh yang dihidangkan oleh pembantu.
"Na, saya ingin mengucapkan terima kasih atas dukunganmu selama ini," ucap Wei dengan suara rendah, memandang wajah Na dengan penuh penghargaan. "Kamu telah membantu saya melihat banyak hal dari perspektif yang berbeda."