"Chen Wei, kami punya kabar penting," kata ayahnya dengan suara berat. "Keluarga kita dan keluarga Li sudah lama berjanji untuk menjodohkan anak-anak kita. Tuan Li di sini untuk membicarakan perjanjian itu."
Wei terkejut. "Apa? Mengapa saya tidak pernah mendengar tentang ini sebelumnya?"
Tuan Li tersenyum. "Ini adalah perjanjian lama yang dibuat oleh kakekmu dan ayahku. Kami ingin memastikan bahwa tradisi keluarga ini tetap terjaga."
Wei merasa bingung dan marah. "Tapi, Ayah, Ibu, saya tidak bisa menerima ini. Saya memiliki hidup dan pilihan saya sendiri."
Ibunya mencoba menenangkannya. "Wei, kami tahu ini sulit. Tapi tolong pertimbangkan ini. Keluarga Li adalah mitra bisnis penting, dan ini bisa memperkuat hubungan kita."
Wei merasa terjebak. Di satu sisi, dia ingin menghormati keluarganya, tetapi di sisi lain, hatinya sudah tertaut pada Li Na. Dia merasa harus mencari cara untuk keluar dari situasi ini tanpa merusak hubungan keluarga dan bisnis.
Keesokan harinya, Wei kembali ke kantor dengan pikiran yang kacau. Dia mencoba fokus pada pekerjaannya, tetapi pikiran tentang perjodohan itu terus mengganggunya. Dia merasa harus berbicara dengan Na tentang apa yang terjadi.
Di studio latihan, Na sedang berlatih untuk adegan penting dalam filmnya. Wei menunggunya selesai sebelum mendekatinya. "Na, bisakah kita bicara? Ada sesuatu yang harus aku sampaikan."
Na melihat raut wajah Wei yang serius dan mengangguk. "Tentu, Pak Wei. Ada apa?"
Mereka berjalan ke ruang pribadi di studio, dan Wei mulai menceritakan tentang perjodohan yang tiba-tiba muncul dalam hidupnya. Na mendengarkan dengan cermat, merasakan campuran antara kekhawatiran dan kebingungan.
"Pak Wei, ini sangat mengejutkan. Apa yang akan Anda lakukan?" tanya Na, mencoba memahami situasi yang dihadapi Wei.