Sorotan media yang meliputi penangkapan Pak Bram membawa banyak perubahan di gedung DPR. Beberapa politisi yang terlibat dalam skandal mulai ketakutan dan mencoba membersihkan jejak mereka. Di sisi lain, Arjuna mendapatkan banyak dukungan dari masyarakat dan kolega yang menginginkan perubahan.
Namun, ancaman terhadap Arjuna dan timnya belum berakhir. Pak Bram mungkin telah ditangkap, tetapi jaringan korupsinya masih ada. Arjuna tahu, mereka yang berada di belakang layar pasti akan mencari cara untuk melindungi kepentingan mereka.
Suatu hari, saat Arjuna sedang bersiap untuk menghadiri rapat penting, Maya masuk ke ruangannya dengan wajah cemas.
"Pak Arjuna, ada yang perlu Anda lihat," kata Maya, menyerahkan sebuah tablet yang menampilkan berita terbaru.
Berita tersebut mengabarkan bahwa salah satu saksi kunci dalam kasus Pak Bram telah ditemukan tewas di apartemennya. Polisi mencurigai adanya unsur pembunuhan.
"Ini pasti peringatan dari mereka," gumam Arjuna. "Mereka mencoba menakut-nakuti kita."
Arjuna merasa marah dan prihatin. Dia tahu, ini bukan hanya tentang dirinya atau timnya, tetapi juga tentang kebenaran dan keadilan bagi rakyat. Dia memutuskan untuk meningkatkan keamanan dan melindungi saksi-saksi lain yang terlibat dalam kasus ini.
Di tengah situasi yang semakin tegang, Arjuna menerima telepon dari seorang informan anonim yang mengaku memiliki bukti lebih lanjut tentang jaringan korupsi tersebut. Mereka janjian bertemu di sebuah tempat rahasia malam itu.
Malam itu, Arjuna pergi ke tempat yang telah disepakati, sebuah gudang tua di pinggiran kota. Di sana, dia bertemu dengan seorang pria paruh baya yang tampak gugup.
"Saya tidak punya banyak waktu. Mereka mungkin sudah mencurigai saya," kata pria itu. "Ini semua bukti yang saya punya." Dia menyerahkan sebuah flash drive kepada Arjuna.
"Terima kasih. Saya akan pastikan ini digunakan dengan benar," jawab Arjuna.