Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tirai Gelap: Intrik Suap di Balik Koridor DPR RI

15 Juni 2024   07:09 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:09 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/.radarsolo_id 

Pertemuan itu berakhir dengan suasana tegang, tetapi Arjuna merasa lega. Dia tahu, jalan yang dipilihnya mungkin tidak mudah, tetapi itu adalah jalan yang benar. Saat dia keluar dari gedung DPR, langit Jakarta terlihat lebih cerah, seolah-olah mengisyaratkan awal baru yang penuh harapan.

Di koridor kekuasaan yang penuh intrik dan godaan, Arjuna memutuskan untuk tetap berpegang pada integritas. Meskipun perjalanan ini berliku, dia percaya bahwa kebenaran dan kejujuran akan membimbingnya menuju tujuan yang lebih mulia.

Chapter 4: Ancaman dan Aliansi

Arjuna merasa lebih tenang setelah menolak tawaran suap dari Pak Bram. Meski tahu risiko yang mungkin dihadapinya, dia yakin dengan keputusannya. Hari-hari berikutnya, dia berfokus pada tugas-tugasnya sebagai anggota DPR, berusaha menjaga integritas dan komitmennya untuk melayani rakyat.

Namun, keputusan Arjuna segera membawa konsekuensi. Suatu pagi, ketika dia tiba di kantornya, Maya menyambutnya dengan wajah cemas.

"Pak Arjuna, Anda harus melihat ini," kata Maya, menyerahkan sebuah koran pagi yang halaman depannya dipenuhi berita tentang skandal suap yang melibatkan beberapa anggota DPR.

Arjuna membaca berita tersebut dengan seksama. Meskipun namanya tidak disebutkan, dia merasakan tekanan yang kuat. Ini adalah peringatan dari Pak Bram---bahwa mereka bisa saja memfitnahnya kapan saja.

Tak lama kemudian, telepon di mejanya berdering. Itu Dimas, jurnalis yang juga temannya.

"Arjuna, aku dengar berita pagi ini. Kau harus hati-hati. Mereka mungkin akan mencoba menjatuhkanmu dengan cara apapun," kata Dimas dengan suara serius.

"Aku tahu, Dimas. Terima kasih atas peringatannya. Aku akan lebih waspada," jawab Arjuna.

Setelah percakapan itu, Arjuna memutuskan untuk mengambil tindakan preventif. Dia mengumpulkan tim kecil yang terdiri dari orang-orang tepercaya, termasuk Maya dan beberapa staf lainnya, untuk menyelidiki lebih jauh tentang jaringan suap yang melibatkan Pak Bram.

Hari-hari berlalu dengan cepat. Arjuna dan timnya bekerja tanpa lelah mengumpulkan bukti dan menyusun strategi untuk menghadapi ancaman tersebut. Mereka menemukan banyak jejak yang menunjukkan keterlibatan Pak Bram dalam berbagai skandal suap dan korupsi. Setiap bukti yang mereka temukan semakin menguatkan tekad Arjuna untuk mengungkap kebenaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun