Mohon tunggu...
Ahmad Faizal Abidin
Ahmad Faizal Abidin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Sebagai seorang mahasiswa yang selalu berusaha memberikan hal-hal bermanfaat untuk semua orang, saya senang berbagi ide dan inspirasi dalam berbagai bentuk. Mulai dari artikel mendalam, opini yang membuka wawasan, puisi yang penuh makna, hingga cerpen yang menghibur dan humor yang segar. Setiap karya yang saya hasilkan bertujuan untuk memberi nilai tambah, memperkaya pengetahuan, dan menghadirkan senyuman di tengah rutinitas sehari-hari. Melalui tulisan, saya berharap bisa membangun jembatan pemahaman dan mendorong kreativitas, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Tirai Gelap: Intrik Suap di Balik Koridor DPR RI

15 Juni 2024   07:09 Diperbarui: 15 Juni 2024   07:09 237
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pinterest.com/.radarsolo_id 

Di ruang kerjanya, Maya sudah siap dengan setumpuk dokumen dan secangkir kopi. "Selamat pagi, Pak. Ini agenda kita untuk hari ini," katanya dengan senyum semangat yang biasa.

"Terima kasih, Maya," jawab Arjuna, berusaha terdengar biasa. Namun, Maya dengan cepat menangkap kegelisahan di wajahnya.

"Pak, Anda kelihatan tidak seperti biasanya. Apa ada yang bisa saya bantu?" tanyanya.

Arjuna terdiam sejenak sebelum memutuskan untuk berbicara. "Maya, aku butuh pendapatmu. Ada tawaran dari Pak Bram yang bisa menguntungkan secara finansial, tetapi ada risiko besar jika terungkap."

Maya menatap Arjuna dengan serius. "Pak, saya tahu ini bukan urusan saya, tapi saya selalu percaya pada integritas Anda. Apapun keputusannya, pastikan itu sesuai dengan nilai-nilai yang Anda pegang."

Kata-kata Maya memberikan kekuatan kepada Arjuna. Dia tahu, keputusan ini akan mempengaruhi bukan hanya kariernya, tetapi juga kepercayaannya pada diri sendiri. "Terima kasih, Maya. Pendapatmu sangat berarti."

Hari itu berjalan dengan lambat. Pertemuan dan rapat-rapat berlalu tanpa banyak kejadian penting. Namun, pikiran Arjuna terus berputar-putar pada dilema yang dihadapinya. Di satu sisi, ada peluang besar untuk memperkaya diri dan memperluas pengaruhnya. Di sisi lain, ada risiko kehilangan segalanya, termasuk harga dirinya.

Malam harinya, Arjuna memutuskan untuk bertemu dengan seorang teman lama yang kini bekerja sebagai jurnalis investigasi, Dimas. Mereka bertemu di sebuah kafe yang tenang di sudut kota.

"Dimas, aku butuh pandanganmu tentang sesuatu," kata Arjuna setelah mereka duduk.

Dimas mengangkat alisnya. "Tentu, apa yang terjadi?"

Arjuna menjelaskan situasinya dengan detail, mulai dari tawaran Pak Bram hingga pesan-pesan peringatan yang diterimanya. Dimas mendengarkan dengan seksama, lalu mengambil nafas panjang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun