Mohon tunggu...
Arung Wardhana Ellhafifie
Arung Wardhana Ellhafifie Mohon Tunggu... Sutradara film -

Buku Terbarunya Tubuh-Tubuh Tompang Tresna (dan 7 lakon lainnya); (bitread, 2017), Gidher (Ladang Pustaka, 2017), Gambir (bitread, 2017), kumpulan puisi tunggal ; Mancok (Pustaka Ranggon, 2018), Mampus (Pustaka Ranggon, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Naskah Drama Lingerie Merah Adaptasi Cerpen Wa Ode Wulan Ratna

12 Oktober 2014   04:02 Diperbarui: 1 April 2017   08:56 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

HARIS MAU MENDEKAP AKU, SEKETIKA AKU BERBALIK BADAN MENGAMBIL PEDANG YANG TERGELETAK, LALU AKU MENYERANG HARIS MEMBUATNYA SANGAT PANIK KARENA HAMPIR MELUKAI TUBUHNYA, AKU SEMAKIN KALAP MENYERANG HARIS.

AKU: (BERTERIAK KERAS) Keluar! Keluar! Keluar!!!

BELINDA: Jangan keluar Haris, kalau kau keluar aku tak akan memilihmu, jangan Haris, kalau kau keluar aku akan memilihnya!

HARIS TIDAK PUNYA PILIHAN KECUALI KELUAR, KARENA AKU TERUS MENGEJARNYA DENGAN PEDANG, AKU SEKETIKA TERDIAM, LALU MENANGIS BERSIMPUH, BELINDA MENATAP PELAN-PELAN, MENDEKATI AKU, LALU MEMEGANG TANGANNYA DENGAN ERAT.

AKU: (BERBICARA SENDIRI/MONOLOG) Haris seorang sahabat yang baik, aku mengenal Haris lebih dulu ketimbang mengenalnya, dia selalu tahu permasalahanku, dia tahu keluargaku, begitu juga aku tahu keluarganya, aku tahu dia tidak gampang mencintai, tapi sebaliknya, aku sangat mudah mencintai seseorang, aku tidak sekuat dirinya, tapi aku ingin seketika sepertinya, betapa bahagia menjadi dirinya, mencintai dan memiliki. Kalau hari ini dia semakin tahu betapa rapuhnya aku, maka aku juga tahu sebenarnya betapa kuatnya Haris, setiap hari aku dan Haris selalu pergi bersama, setiap hari aku dan Haris berkeliling melihat dunia, setiap hari Haris selalu berlari ke halaman rumahku, lalu berdiri menatap tajam, membiarkan telinganya sakit karena suara-suara keras yang muncul dari rumahku, lalu Haris melihat suami istri saling kejar, saling dorong dan banting hingga ditinggalkan. Haris melihatku menangis, dunia macam apa ini, (JEDA) setiap hari aku dan Haris selalu bertaruh, dan itu pasti akan dilakukannya terus menerus, apa saja yang sekiranya menarik dalam hidupku dan Haris, selalu asyik sebagai bahan taruhan, siapa yang kalah bermain catur, dia harus menerima konsekwensinya, tapi belum tentu yang kalah tidak akan bahagia sesuai harapannya, barangkali mereka yang kalah lebih menang dari mereka memenangkannya.

BELINDA : Mungkin.

AKU : Aku disebutnya sebagai orang yang kalah.

BELINDA : Mungkin.

AKU: Aku juga disebutnya sebagai orang yang menang.

BELINDA : Mungkin.

AKU : Aku tidak menyukainya.

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun