Mohon tunggu...
Arung Wardhana Ellhafifie
Arung Wardhana Ellhafifie Mohon Tunggu... Sutradara film -

Buku Terbarunya Tubuh-Tubuh Tompang Tresna (dan 7 lakon lainnya); (bitread, 2017), Gidher (Ladang Pustaka, 2017), Gambir (bitread, 2017), kumpulan puisi tunggal ; Mancok (Pustaka Ranggon, 2018), Mampus (Pustaka Ranggon, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Naskah Drama Lingerie Merah Adaptasi Cerpen Wa Ode Wulan Ratna

12 Oktober 2014   04:02 Diperbarui: 1 April 2017   08:56 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

BELINDA: Karena kau masih mencintaiku, dan sulit buatmu untuk melupakan aku, sementara kau sering mendengarnya dari balik kamarmu yang jaraknya cukup dekat, kenapa kalian tak balik lagi ke kamar tamu, yang jaraknya cukup jauh dengan kamarku? Itu yang sering kau tanyakan kepadaku.

AKU : Sudah empat bulan kau menempatinya di kamar ini.

BELINDA: Tak usah membicarakan sekumpulan masalah itu, lebih baik kita nikmati saja, bukankah itu yang kita lakukan setiap Haris tidak ada di rumah?

AKU : Pertengkaran.

BELINDA: Romantisme, (JEDA) karena kita hanya berdua, aku masih jadi istrimu, biarkan Haris seperti tamu yang datang dan pergi di dalam rumah ini.

AKU: Penghianatan.

BELINDA : (MERAJUK) Lupakanlah!

AKU TERDIAM KAKU, BELINDA SEMAKIN BERGERAK DINAMIS, HINGGA KEDUANYA LARUT DALAM KEMESRAAN, TAPI LAMA KELAMAAN AKU MELAKUKAN GERAKAN TARI YANG MENUNJUKKAN PEMBERONTAKAN, SAKIT HATI, KEHANCURAN DAN BERBAGAI PERASAAN SAKIT LAINNYA, HINGGA AKU TERLEPAS DARI PELUKAN DARI BELINDA, AKU KELUAR.

BELINDA MENGAMUK SENDIRI DENGAN GERAKAN TARI YANG MENCERMINKAN KEBENCIAN, SAKIT HATI DAN KELELAHAN TERHADAP SEBUAH HUBUNGAN YANG MEMANG TIDAK MENDAPATKAN PENGAKUAN.

BELINDA TERDIAM CUKUP LAMA, HENING, KEMUDIAN BELINDA MENATAP KE SATU TITIK, SOSOK YANG AKAN MUNCUL KE HADAPANNYA.

EMPAT

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun