Mohon tunggu...
Arung Wardhana Ellhafifie
Arung Wardhana Ellhafifie Mohon Tunggu... Sutradara film -

Buku Terbarunya Tubuh-Tubuh Tompang Tresna (dan 7 lakon lainnya); (bitread, 2017), Gidher (Ladang Pustaka, 2017), Gambir (bitread, 2017), kumpulan puisi tunggal ; Mancok (Pustaka Ranggon, 2018), Mampus (Pustaka Ranggon, 2018).

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Naskah Drama Lingerie Merah Adaptasi Cerpen Wa Ode Wulan Ratna

12 Oktober 2014   04:02 Diperbarui: 1 April 2017   08:56 1725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

 

 

SATU

MALAM, SEBUAH KAMAR YANG BERANTAKAN DENGAN BERANEKA RAGAM PAKAIAN CELANA DALAM & BRA. AKU DAN HARIS BERMAIN CATUR, HARIS SERIUS SEKALI MEMIKIRKAN BIDAK CATUR MANA YANG HARUS DI JALANKANNYA.

AKU : Cinta itu penuh tata krama yang tidak boleh dilanggar.

HARIS : (MEMINDAHKAN BIDAK CATUR) Skak.

AKU BERTOPANG DAGU.

HARIS: Jadi aku turut andil memperingati Belinda agar tidak lagi memakai lingerie itu?

AKU: Apa kira-kira idemu?

HARIS : Aku tahu, tapi nanti saja kau tahu. Kau terima itu beres saja. Bagaimana perceraianmu?

AKU: Aku tidak mengabulkan permintaannya.

HARIS: Skak lagi.

AKU TERBENGONG-BENGONG MELIHAT PAPAN CATUR. TAPI AKU BELUM KALAH.

HARIS: Permainan ini jadi membosankan. Tapi kau harus ingat, meskipun hidupku dengan Belinda seperti permainan catur ini. Aku tidak mau menyerah padamu sampai skak mat.

HARIS TERTAWA.

HARIS: Belinda memintaku menikahinya.

AKU : Ya nikahi saja.

HARIS: Mana bisa?

AKU: Bisa saja.

HARIS MENGGELENGKAN KEPALANYA.

HARIS : Kau kan masih mencintai dan menjadi suaminya?

AKU: Bukankah kita sudah sudah terbiasa? Kita hidup seperti ini saja bisa.

HARIS : Hmm.

BELINDA MUNCUL MELONTARKAN SENYUMAN APIKNYA PADA AKU DAN HARIS, BELINDA MENARUH TAS KERJANYA DI ATAS MEJA.

BELINDA : Kalian sedang apa?

AKU: Main catur.

BELINDA : Siapa yang menang?

HARIS : (MENJAWAB CEPAT) Aku.

AKU: Tidak. Kami seri.

BELINDA TERTAWA.

HARIS: Sayang, aku ingin membelikanmu lingerie yang lebih bagus dari lingerie merahmu.

BELINDA TERPERANJAT MENDENGARNYA.

BELINDA : Oh, kedengarannya enak sekali ajakanmu.

HARIS : Asal kau berjanji tidak akan menggunakan lingerie merah itu lagi saat bersamaku.

BELINDA MENATAP AKU SEBENTAR, TAPI AKU PURA-PURA TIDAK MENGERTI.

BELINDA : Baiklah.

AKU TERSENYUM PADA BELINDA.

HARIS : Bagaimana kalau kita makan malam di luar?

AKU : Ide bagus.

BELINDA: Kalau begitu bersiap-siaplah kalian. Haris, kau yang menyetir. Dan kau sayang, bersiap-siaplah jadi suamiku.

BELINDA KELUAR, AKU DAN HARIS SALING MENATAP, AKU PUN SEGERA BANGKIT MENGEJAR, HARIS MENGINJAK PAPAN CATUR DAN MELEMPARKAN DENGAN KESALNYA, SERTA MENGHANCURKAN SEISI RUANGAN, BANTAL DAN GULING PUN DIROBEKNYA SEHINGGA BUSA MENYEBAR KEMANA-MANA.

HARIS TERDIAM MENATAP KE SATU TITIK, DIA TIBA-TIBA TERSENYUM KE ARAH YANG DILIHATNYA, MAKIN LAMA SENYUMNYA MAKIN MENGEMBANG.

DUA

MALAM, DI KAMAR YANG SAMA, MASIH BERANTAKAN DENGAN BERANEKA RAGAM PAKAIAN CELANA DALAM & BRA YANG BERBEDA.

BELINDA MUNCUL, DIA MENARI DENGAN LIHAINYA DAN TAMPAK MEMAKAI LINGERIE MERAH, LALU BELINDA TERUS BERGERAK MEMATIKAN SAKLAR DAN DENGAN INDAHNYA MENGOBRAK-ABRIK LEMARINYA MELEMPARKAN BEBERAPA PAKAIAN, LALU MENEBARKAN BEBERAPA CELANA DALAM DAN BRA LAINNYA.

BELINDA TIBA-TIBA BERLARI CEPAT KE ARAH TIANG POLE DANCE, DIA PUN BERPUTAR-PUTAR MENGELILINGI TIANG HINGGA PALING UJUNG, HARIS PUN YANG SEDARI TADI HANYA TERSENYUM MEMANDANG, SEKETIKA MENJADI BERGAIRAH MENYAMBUT BELINDA DENGAN CINTANYA, SEHINGGA MEREKA BERDUA MENARI YANG MENUNJUKKAN BAHWA KEDUANYA SEDANG BERCINTA SAMPAI KLIMAKS DAN LEMAS.

BELINDA DAN HARIS PUN TERLELAP DI ATAS RANJANG, TAK LAMA KEMUDIAN TERDENGAR SUARA DOBRAKAN PINTU BERULANG KALI, DARI LUAR TERDENGAR SUARA AKU YANG TERUS BERTERIAK.

AKU: (BERTERIAK)Belinda, buka pintunya! Kalau tidak aku akan mendobraknya.

AKU MUNCUL MELIHAT BELINDA MENGERJAP-NGERJAPKAN MATANYA MASIH SAMBIL MENGANTUK.

BELINDA: Baru aku bilang masuk saja, pintunya tak dikunci.

HARIS MENGGELIAT DI SAMPING BELINDA, DIA MENGUAP DAN TERTUNDUK MENATAP AKU.

HARIS : Kenapa sih kau marah-marah? Ini kan hari libur, kau tidak perlu buka lemari.

AKU TAK MEMPEDULIKAN OMONGAN HARIS, AKU MENCARI-CARI LINGERIE MERAH, TIBA-TIBA BELINDA DUDUK DENGAN LINGERIE MERAH YANG AKU MAKSUD, SAAT ITU AKU TERBELALAK SEPERTI BENTENG LEPAS.

AKU: (MARAH) Lepaskan!

BELINDA : (BINGUNG) Apa?

AKU : Lepaskan baju itu! Berani-beraninya kau…

BELINDA : (MEMOTONG & MEMBENTAK) Aku tidak mau, ini punyaku.

AKU MENGHAMPIRI BELINDA DENGAN GERAM.

BELINDA : (MENANTANG) Coba saja kalau berani.

HARIS : (MENENGAHI) Sudahlah, apa-apaan ini?

AKU: (MENGGERTAK) Tidak usah ikut campur.

HARIS: Ok, tapi kalian jadi seperti sepasang lesbi yang memperebutkan lingerie.

HARIS TERTAWA GELI, AKU MENYERET BELINDA HINGGA DIA BERINGSUT DARI RANJANGNYA. DIA MERONTA, TAPI HARIS DIAM SAJA TAK MENYELAMATKANNYA. DIA HANYA MENONTON.

AKU : (BERTERIAK)Kau tak pantas memakainya.

BELINDA : Memang tidak. Lepaskan saja! Aku akan menyimpannya.

BELINDA MENGAMBIL SELIMUT UNTUK MENUTUPI TUBUHNYA SAMBIL MENGGERUTU, AKU BERDIRI DI PENYANGGA RANJANG DENGAN PELUH DAN MENUNGGU BELINDA MEMBUKA LINGERIE MERAHNYA.

AKU SEDIKIT MERASA LEGA SAAT BELINDA MELEMPARKAN LINGERIE MERAH KE TANGANKU, HARIS MEMPERHATIKAN AKU. AKU PUN SALAH TINGKAH PADA HARIS.

AKU: Bagaimana? Kita ngopi? (JEDA) Mau sarapan saja?

HARIS : Nanti saja. Aku masih kenyang menonton kalian tadi.

AKU KELUAR, HARIS TERDIAM MENATAP BELINDA YANG TIBA-TIBA MEMBALIKKAN BADAN DENGAN SELIMUTNYA. HARIS PUN KELUAR.

HENING, TAK LAMA KEMUDIAN TAMPAK DI DALAM SELIMUT BELINDA BERGERAK SEOLAH-OLAH MENARI DAN MEMAKAI BAJU.

SELIMUT PUN TERBUKA, KEMBALI BELINDA MENARI DENGAN GERAKAN YANG MENUNJUKKAN KEMARAHAN, SANGAT CEPAT DAN DINAMIS.

TIGA

MALAM, DI KAMAR YANG SAMA, MASIH BERANTAKAN DENGAN BERANEKA RAGAM PAKAIAN CELANA DALAM & BRA YANG BERBEDA, TAMPAK LEBIH BERANTAKAN DARI SEBELUMNYA.

BELINDA TERUS BERGERAK AKTIF DENGAN TARIANNYA, MEMBUKA LEMARI DAN MELEMPARKAN BEBERAPA PAKAIAN SEMAUNYA, DIA TERUS MENARI SEMAKIN DINAMIS, YANG MENUNJUKKAN KEKECEWAAAN, KEPUTUSASAAN, GEJOLAK HIDUP YANG BERAT HINGGA AKHIRNYA BELINDA LEMAS, DIA DUDUK DI SUDUT RANJANG.

AKU MUNCUL BERGEGAS.

BELINDA : Mengapa kau sembunyikan lingerie merahku?

AKU: Kenapa kau buka lemariku? Tidak sopan.

BELINDA : Baiklah. Dua-duanya perbuatan tidak sopan. Tapi di mana lagi aku mencari lingerie itu kalau bukan di lemarimu? Aku tidak pernah menaruhnya di binatu atau menjemurnya di luar. Lingerie itu tidak pernah ke luar kamar.

AKU: Sebaiknya kau beli satu lemari lagi untuk menyimpan lusinan pakaian dalammu.

BELINDA: Lemariku masih muat. Lagi kenapa kau tidak membantuku membereskan kamar ini? Kau kan tidak terlalu sibuk.

AKU : Aku bukan pembantu.

AKU MENARIK NAFAS, MEMBUAT EMOSI AKU MENJADI WAJAR.

AKU: Kau seharusnya menghargai pemberianku, sayang. Jangan kau samakan lingerie itu dengan pakaian-pakaian dalam yang kau beli sendiri lalu kau lempar ke sana kemari. Sebaiknya kau tidak menggunakannya lagi saat bersama Haris.

AKU MENGELUARKAN LINGERIE MERAH DARI BALIK BAJUNYA.

BELINDA : Sini!

BELINDA MERAMPAS LINGERIE MERAH DARI TANGAN AKU DAN SEPERTI TERSENYUM PENUH KEMENANGAN.

BELINDA :Tidak usah cemburu. Siapa suruh kau tidak mengabulkan permintaanku. Barang yang sudah diberikan tidak boleh diambil kembali.

BELINDA MENARUH KEMBALI LINGERIE MERAH DI LEMARINYA, LALU KELUAR, AKU MASIH TERDIAM LESU. AKU MENGAHAMPIRI PIANO, LALU MEMAINKANNYA DENGAN LEMBUT.

BELINDA MUNCUL DENGAN PAKAIAN YANG BERBEDA, DIA KEMBALI MENARI DENGAN GEMULAINYA, MEMBAWAKAN SEBUAH BAJU DAN DIPAKAIKAN PADA AKU, SEHINGGA BELINDA DAN AKU LARUT DENGAN TARIAN, YANG MENUNJUKKAN ROMANTISME KAMI BERDUA.

BELINDA DAN AKU SEMAKIN LARUT DENGAN TARIAN TERSEBUT, TARIAN YANG MEMPERLIHATKAN EROTISME KAMI SEMBARI BERBICARA.

BELINDA : Sudah hampir lima tahun kita menikah.

AKU : Dan lima bulan belakangan ini aku tidak kuat menahannya.

BELINDA : Tapi kau masih mencintaiku?

AKU: Semestinya menjadi kewajiban aku untuk membelikan baju atau pun celana dalam dan bra, begitu juga membelikan semua perlengkapan yang akan membuatmu tambah cantik, tapi kini tidak.

BELINDA : Tapi kau masih mencintaiku?

AKU: Tapi kau membelinya sendiri, sementara Haris tak pernah membelikanmu.

BELINDA : Tapi kau masih mencintaiku?

AKU: Aku sejujurnya tidak sanggup melihatmu terus menerus di kamar utama ini.

BELINDA: Karena kau masih mencintaiku, dan sulit buatmu untuk melupakan aku, sementara kau sering mendengarnya dari balik kamarmu yang jaraknya cukup dekat, kenapa kalian tak balik lagi ke kamar tamu, yang jaraknya cukup jauh dengan kamarku? Itu yang sering kau tanyakan kepadaku.

AKU : Sudah empat bulan kau menempatinya di kamar ini.

BELINDA: Tak usah membicarakan sekumpulan masalah itu, lebih baik kita nikmati saja, bukankah itu yang kita lakukan setiap Haris tidak ada di rumah?

AKU : Pertengkaran.

BELINDA: Romantisme, (JEDA) karena kita hanya berdua, aku masih jadi istrimu, biarkan Haris seperti tamu yang datang dan pergi di dalam rumah ini.

AKU: Penghianatan.

BELINDA : (MERAJUK) Lupakanlah!

AKU TERDIAM KAKU, BELINDA SEMAKIN BERGERAK DINAMIS, HINGGA KEDUANYA LARUT DALAM KEMESRAAN, TAPI LAMA KELAMAAN AKU MELAKUKAN GERAKAN TARI YANG MENUNJUKKAN PEMBERONTAKAN, SAKIT HATI, KEHANCURAN DAN BERBAGAI PERASAAN SAKIT LAINNYA, HINGGA AKU TERLEPAS DARI PELUKAN DARI BELINDA, AKU KELUAR.

BELINDA MENGAMUK SENDIRI DENGAN GERAKAN TARI YANG MENCERMINKAN KEBENCIAN, SAKIT HATI DAN KELELAHAN TERHADAP SEBUAH HUBUNGAN YANG MEMANG TIDAK MENDAPATKAN PENGAKUAN.

BELINDA TERDIAM CUKUP LAMA, HENING, KEMUDIAN BELINDA MENATAP KE SATU TITIK, SOSOK YANG AKAN MUNCUL KE HADAPANNYA.

EMPAT

MALAM, DI KAMAR YANG SAMA, MASIH BERANTAKAN DENGAN BERANEKA RAGAM PAKAIAN CELANA DALAM & BRA YANG BERBEDA, NAMUN TAMPAK LEBIH TERTATA DARI SEBELUMNYA.

BELINDA MENANGIS DI SISI RANJANG, LALU DIA MENATA BEBERAPA HELAI PAKAIAN YANG TERGELETAK DI LANTAI KE DALAM LEMARINYA, LALU DIA MENGAMBIL PIYAMA DAN MEMAKAINYA.

AKU MUNCUL PELAN-PELAN MENATAP TAJAM BELINDA YANG MASIH MENANGIS SESEGUKAN, LALU AKU DAN BELINDA TERJADI SALING PANDANG CUKUP LAMA, HINGGA AKHIRNYA BELINDA BERUCAP.

BELINDA : Ceraikan aku!

AKU : Kenapa?

BELINDA : Perlu aku menjawab pertanyaanmu?

AKU : Sangat perlu.

BELINDA: (TERDIAM SEJENAK)Baiklah kalau kau memaksaku, aku sudah tidak nyaman.

AKU: Itu saja?

BELINDA : Aku sudah tidak merasakan kepuasan.

AKU : Masih ada lagi?

BELINDA : Aku sudah mulai merasakan kejenuhan.

AKU: Masih ada lagi?

BELINDA : Aku memerlukan pengakuan.

AKU: Bukankah setiap orang sudah mengetahuinya kalau kita sepasang suami istri?

BELINDA : Lalu Haris?

AKU : Bukankah aku memberitahu mereka kalau Haris adik istriku?

BELINDA: (MEMBENTAK)Istrimu yang mana? Bukankah mereka hanya melongo pergi setelah kau menjawabnya, bukankah mereka bingung saja menatapmu? Bukankah mereka tertawa geli setelah melihatmu tersenyum kecil? Bukankah mereka akan bergunjing?

AKU: Biarkan berambigu, sengaja aku membuat mereka berfikir karena aku telah memenangkanmu.

BELINDA : Tidak, kau kalah, makanya malam ini aku memintamu.

AKU: Aku menang, karena setiap kita keluar ke pesta bersama-sama, kau selalu menunjukkan kemesraanmu, kau selalu memamerkan kehangatanmu pada setiap orang, sementara Haris hanya membuntuti tepat di belakang kita.

BELINDA: Ceraikan saja aku, hanya itu saja, kita bercerai, lalu kita bebas menentukan arah hidup masing-masing.

AKU : Tidak mungkin, pasti kau akan kembali.

BELINDA : Mungkin saja, kalau kau tidak mengikatku.

AKU : Kau juga mengikatku dengan banyak persoalan dalam hidupmu.

BELINDA: (SANGAT MARAH)Kau tidak tahu hidupku.

AKU : Lalu kenapa kau lebih nyaman di sini?

BELINDA: (SANGAT MARAH) Itu dulu, sekarang tidak lagi, biarkan aku bebas memilih hidupku sendiri, tanpa kau mengatur langkahku setiap hari, tanpa kau mendikteku, tanpa kau didik sedemikian rupa.

AKU: (MARAH)Oh jadi karena itu? Semua kulakukan karena kebaikanmu, betapa pentingnya apa yang kuberikan buatmu, betapa berharganya apa yang kuberikan kepadamu.

BELINDA : (MEMANCING) Kalau aku tak menganggapnya?

AKU MENAMPAR BELINDA DENGAN SANGAT KERAS, BELINDA CUKUP TERTEGUN MELIHATNYA.

AKU: (SANGAT MARAH) Aku selalu berharap kau menganggapku, selalu kuingat apa yang kuberikan.

BELINDA : Termasuk lingerie merahmu?

AKU: Bukan sekedar lingerinya, tapi bagaimana aku berani memutuskan, di saat kau bingung memikirkannya, setiap ulang tahun pernikahan kita, aku selalu memberikan hadiah buatmu, tapi lingerie itu lebih bermakna dari barang-barang yang lainnya.

BELINDA : Karena itu pertama kalinya dan dibelinya dari luar negeri?

AKU : Tidak juga.

BELINDA: Lalu kenapa?

AKU: Jawabannya sama seperti aku tidak bisa mengabulkan permintaanmu.

AKU DAN BELINDA SALING TATAP LAMA, HARIS MUNCUL DI SAAT KEDUANYA MAKIN HENING TANPA SUARA.

BELINDA: (KE HARIS) Kau harus memaksanya, biar kita segera pergi dari sini, biar setiap mata yang memandang kita yakin kalau sepasang suami istri yang syah, tidak akan ada lagi perselingkuhan, aku berjanji kepadamu.

HARIS : Tidak akan ada lagi seperti kau menghianatinya?

BELINDA : Aku punya alasan.

HARIS : Karena kau mencintaiku? Dan aku mencintaimu?

BELINDA : Ya.

HARIS: Dia juga mencintaimu.

BELINDA MENATAP TAJAM AKU, KEDUANYA SALING PANDANG, HARIS JUGA MENATAPNYA, LALU KELUAR.

BELINDA MENARIK HARIS AGAR TAK KELUAR.

HARIS: Aku tak bisa membantumu karena aku tahu perasaannya.

BELINDA : (MARAH) Haris, kita segera menikah.

HARIS SPONTAN MENDORONG BELINDA KARENA TARIKANNYA SEMAKIN KUAT, BELINDA JATUH KESAKITAN DAN BERTERIAK KERAS PADA HARIS.

BELINDA :(BERTERIAK KERAS) Haris, bagaimana mungkin kita hidup bersama, kalau kau tidak berani membujuknya, kau selalu mengalah kepadanya, sudah saatnya kau hidup tanpa dirinya Haris, kau harus hidup lebih mandiri Haris, baru kau akan bisa menafkahi diriku kalau kau mencintaiku.

AKU : Dia merasa berhutang budi kepadaku.

BELINDA : (SANGAT MARAH) Dan kau memanfaatkannya?

AKU: Tidak pernah, aku hanya membantunya sebagai seorang sahabat.

BELINDA: (SEMAKIN SANGAT MARAH) Mustahil, kau mencekiknya, tak ubahnya kau seperti rentenir, karena bunga yang kau minta sangat tinggi maka dia tak sanggup membayarnya.

AKU: Kalau asumsimu benar, lalu kenapa kau tidak bantu menyelesaikannya?

BELINDA: Aku hanya ingin dia belajar menjadi laki-laki yang tidak bergantung pada temannya maupun kekasihnya.

AKU : Tapi dia sudah banyak mengalami perubahan.

BELINDA: (SEMAKIN NAIK AMARAHNYA) Perubahan yang akan menjeratnya pada tiang gantungan, dia mencari mati dengan bekerja di bengkel showroommu setelah dua tahun jadi pengangguran.

AKU: Aku hanya tidak tega memberikannya setelah dua tahun lulus kuliah, ke sana kemari tidak kunjung mendapatkan pekerjaan yang diinginkannya.

BELINDA: (SEMAKIN TAK KARUAN EMOSINYA) Dia terlalu banyak bermimpi.

AKU: (MENYINDIR) Sama sepertimu, berkarir ke luar negeri setelah lulus kuliah dengan harapan bisa menjajah dunia manapun, tapi kenyataannya lebih rumit, tidak lebih dari seorang pelacur murahan yang menjualnya ke para tengkulak.

BELINDA SEMAKIN MARAH, LALU MENAMPAR AKU BERULANG KALI, AKU TAK MEMBALASNYA, BELINDA MELUDAHINYA, LALU BELINDA KELUAR.

AKU MENANGIS SEKETIKA MENATAP KEPERGIAN BELINDA, SEMAKIN LAMA TANGISANNYA SEMAKIN BERCUCURAN, TAMPAK SUASANA GELAP PELAN-PELAN, HANYA FOKUS KE RAUT MUKANYA, DIA TAMPAK MEMBERESKAN SEMUA PAKAIAN YANG BERANTAKAN DENGAN CEPAT, DIA MELANGKAH KELUAR PELAN-PELAN.

LALU CAHAYA YANG MENGIKUTI GERAK AKU, KINI JADI TERFOKUS PADA HARIS DAN BELINDA YANG BERCIUMAN MESRA SEMBARI MENARI.

LIMA

MALAM, MASIH DI KAMAR YANG SAMA, TAPI SUASANANYA SUDAH CUKUP BERBEDA DENGAN SUASANA SEBELUMNYA, CAHAYA YANG MUNCUL JUSTRU LEBIH TERANG, YANG MENUNJUKKAN KE WAKTU MUNDUR, SEKITAR ENAM ATAU TUJUH TAHUN YANG LALU.

HARIS DAN BELINDA SEMAKIN DINAMIS BERGERAK DENGAN TARIANNYA, KEDUANYA MASIH BERCIUMAN ERAT, KECEPATAN GERAKANNYA JAUH LEBIH CEPAT DAN EKSOTIS DARI PADA SEBELUMNYA, GAIRAH DAN SEMANGATNYA JAUH LEBIH ENERGIK KETIMBANG SEBELUMNYA.

KEDUANYA MENDADAK BERHENTI SAAT AKU MUNCUL, DENGAN WAJAH YANG JAUH LEBIH SEGAR KETIMBANG SEBELUMNYA.

AKU: Kenapa berhenti?

BELINDA DAN HARIS JADI SALING MENATAP, LALU BELINDA CEPAT MENDORONG HARIS KE RANJANG.

BELINDA : Sebaiknya kau temani dia menontonku.

HARIS TERCENGANG MENDENGARNYA, BELINDA LANGSUNG MELOMPAT KE TIANG POLE DANCE, DIA MENARI DENGAN KONSEP EROTIS SEKALI, SEOLAH-OLAH DIA BERMONOLOG BAHWA BANYAK LAKI-LAKI YANG MEREBUT DIRINYA, SEMAKIN MEMBUAT DIA BESAR KEPALA DAN ANGKUH.

HARIS DAN AKU TERTAWA GELI MELIHATNYA KARENA MAKIN LAMA BELINDA MENARI TAK UBAHNYA SEPERTI PENARI STRIPTIS YANG DILIHAT PELANGGANNYA.

BELINDA BERHENTI MENARI, AKU BERTEPUK TANGAN, TAPI SEKETIKA HARUS BERSIKAP DINGIN, MALAH HARIS KELUAR.

AKU MENARIK BELINDA SEHINGGA KEDUANYA SALING MENDEKAP.

AKU: (SEMAKIN TAK KARUAN EMOSINYA) Jadikan mimpi kita menjadi kenyataan, kau sudah memilihku.

BELINDA : Siapapun tahu kalau aku kekasihnya.

AKU: Maafkan aku!

BELINDA: Kau tak pernah salah, justru aku yang salah karena berani menyakitimu.

AKU: Kita memang harus berani.

BELINDA MENATAP TAJAM AKU, LALU BELINDA MENCIUM AKU DAN MELEPASKANNYA.

BELINDA: Aku tidak melacurkan diri pada Haris, karena aku tahu ceritanya sayang, (JEDA) tunggulah di kamar ini sampai kuliah kita selesai, lalu biarkan aku pergi mencari nasibku.

BELINDA MEMELUK ERAT AKU, KEDUANYA MENANGIS SEKETIKA, LALU BELINDA KELUAR. AKU TERDIAM CUKUP LAMA.

TERDENGAR SUARA HARIS DARI LUAR, AKU TERPERANJAT MENDENGARNYA.

HARIS: (BERTERIAK KERAS) Belinda! Sebesar apapun cintanya kepadamu, tidak akan bisa mengalahkan hasratku kepadamu Bel, kau harus tahu itu Bel. Aku tidak pernah peduli anggapan semua orang tentangmu, masa bodoh mereka mengatakan kau pelacur, menurutku wajar ketika setiap wanita cantik sepertimu akan takut kecantikannya tidak akan abadi, akan takut kemolekan tubuhmu tidak terpelihara, jadi syah saja menurutku kau mencari uang pada siapapun, termasuk pada para maling sekalipun, karena kau lebih cerdas ketimbang mereka yang mengaku bahwa dirinya pelacur, kau punya kesempatan Bel.

AKU: (BERTERIAK) Kesempatanmu sudah hilang Haris, karena dia tidak pernah mencintaimu.

HARIS : (BERTERIAK KERAS) Tidak.

AKU SEMAKIN TERPERANJAT.

AKU: (BERTERIAK KERAS) Haris.

AKU BERGEGAS KELUAR, BERSAMAAN ITU HARIS MUNCUL DENGAN PAKAIAN YANG BERBEDA, SEBAGAI PERPINDAHAN KE ADEGAN BERIKUTNYA.

ENAM

MALAM, MASIH DI KAMAR YANG SAMA.

HARIS BERGEGAS MUNCUL CELINGAK-CELINGUK KANAN KIRI, NAMUN TAK ADA SIAPAPUN, LALU HARIS MEMANGGIL, DIA SUDAH MEMAKAI PAKAIAN YANG BERBEDA.

HARIS: (BERTERIAK KERAS) Kemana perginya Belinda? Kemana perginya dia? (JEDA)Aku mencintainya dan aku akan menolak permintaanmu, aku sungguh mencintainya, semakin lama bertemu dengannya, semakin lama berbicara dengannya, aku semakin meyakini kalau dia jodohku suatu saat nanti, aku akan menjadi orang yang kaya raya bila hidup bersamanya.

AKU: (MUNCUL DENGAN PAKAIAN YANG LEBIH SANTAI)Apa tidak akan menumpang di rumah ini? Dan di sini akan kau jadikan sperma dan ovum mengering di mana-mana?

HARIS TERTAWA SEKETIKA.

HARIS: Kulihat dia memasuki kamarmu, kudengar suaranya, tapi aku ragu menghampirinya, dia perempuan yang paling mengagumkan, setelah sekian lama aku mencari kekasih, Belinda yang punya karakter kuat, aku baru menemukannya di kampus kita, tidak akan pernah berpaling mencintainya.

AKU: Kalau begitu penuhi permintaanku, kita akan bertaruh, siapa yang menang, dialah yang berhak menjadi kekasihnya, biar kau tidak banyak menghayal, biar kau tidak sering berimajinasi, khawatir kau selalu bermasturbasi dan Belinda menjadi objectnya.

HARIS SEMAKIN TERTAWA BERBAHAK-BAHAK.

HARIS: Anjing!

HARIS SPONTAN MELOMPAT KE PUNGGUNG AKU, AKU PUN TERJATUH SEHINGGA DIA TERLENTANG, SEMENTARA HARIS TELUNGKUP DI ATAS TUBUHNYA. HARIS DAN AKU PUN SALING PANDANG, LALU BERCIUMAN.

HARIS TIBA-TIBA MENARI DENGAN GERAKAN YANG CUKUP LAMBAN, AKU MENYAMBUTNYA DENGAN MESRA, TARIAN YANG MENUNJUKKAN BAGAIMANA KUATNYA PERSAHABATAN KAMI, BAGAIMANA KUATNYA KAMI SALING MENGERTI ANTARA KEDUANYA, LAMA KELAMAAN TARIAN KAMI BERDUA MAKIN CEPAT, AKU PUN JADI MELAYANG KE UDARA, HARIS MENANGKAPNYA DENGAN CEPAT.

LANTAS AKU DAN HARIS MENARI DENGAN MENGGUNAKAN PEDANG, DAN SALING MENYERANG HINGGA KEDUA PEDANG KAMI SALING BERADA DI LEHER, WAJAH KAMI BERDUA TIBA-TIBA SALING AMARAH, LALU KAMI MELOMPAT KE RANJANG DAN BERGUMUL DI DALAM SELIMUT SEOLAH-OLAH KAMI SEDANG BERCINTA HINGGA CAHAYA YANG MENERANGI KAMI GELAP DAN HANYA SATU TITIK SELIMUT YANG TERUS BERGERAK, DAN MATI SEKETIKA, SAAT ITU PUN CAHAYA TERANG PELAN-PELAN.

TUJUH

SIANG, MASIH DI KAMAR YANG SAMA.

AKU DAN HARIS TAMPAK TERTUTUP SELIMUT, TAK LAMA KEMUDIAN AKU MULAI TERBANGUN DAN MENGGELIAT, DIA BARU MENYADARI KALAU AKU TAK SENDIRI, DIA MELIHAT DI SAMPINGNYA, ADA HARIS. AKU SEKETIKA MELIHAT KE ARAH TUBUHNYA, DIA BARU MENYADARI KALAU AKU HANYA MEMAKAI BAJU ATASAN TANPA BRA DAN CELANA DALAM.

AKU BANGKIT DAN DENGAN CEPAT MEMUKUL HARIS SANGAT KERAS, SEHINGGA HARIS TERBANGUN DENGAN CELANA PENDEK SAJA, BERTELANJANG DADA.

AKU: (SANGAT MARAH) Bangsat kau Haris, bajingan! Keluar kau dari kamarku! Keluar!

HARIS : (BINGUNG) Tenang, tenang dulu! Aku tak merasa melakukannya.

AKU: Bohong kau, kau sudah merencanakan semua ini, sehingga aku mabuk, sementara kau tidak.

HARIS: Aku tidak serendah itu, aku mengenalmu cukup lama, sudah enam tahun kita kenal, masa SMP yang kita selalu ingat, lalu masa SMA yang paling menyenangkan buat kita, aku selalu ada buatmu ketika kau rapuh.

AKU : Kau memanfaatkan aku.

AKU SEMAKIN KESETANAN, DIA TERUS BERGERAK MEMUKUL HARIS DENGAN APA SAJA YANG DILIHATKU, BAHKAN AKU TERUS MELEMPARNYA, HARIS BERUSAHA MENGHINDAR.

BELINDA MUNCUL HANYA TERDIAM DI SISI RANJANG, DIA TAMPAK MELIHAT KEHEBOHAN KAMI BERDUA.

HARIS: Dengar, dengarkan aku, berapa kali kau dikecewakan laki-laki? Berapa kali kau peluk aku sebagai tiang penyanggamu? Berapa kali kau menangis di hadapanku? Berapa kali? Kalau aku memanfaatkanmu, sudah kulakukan sejak lima tahun lalu, sejak pertama kali kau dinistakan dan dicampakkan, dan hari ini aku benar-benar tidak mengerti, semuanya berjalan begitu saja.

AKU: (BERTERIAK KERAS) Keluar Haris, keluar Haris! Keluar!

HARIS: Tidak, aku tidak akan keluar sebelum masalah ini clear, jangan anggap aku memanfaatkanmu, aku benci tuduhanmu, aku hanya mengajakmu minum karena aku tahu kau sedang mengalami masalah rumit, dan ini bukan hari pertama kita minum, kita sering minum di hari-hari sebelumnya.

AKU : (BERTERIAK KERAS) Keluar! Aku membencimu.

HARIS: Tidak, aku tidak akan keluar sebelum kau minta maaf atas tuduhanmu.

AKU: Bangsat kau, sengaja kau memaksamu agar memaafkanmu, biar kita melakukan kembali setelah ini, lantas aku bisa jatuh cinta kepadamu, dan kita akan menikah.

BELINDA : Haris akan menikah denganku sayang.

HARIS: (BERTERIAK KERAS) Tidak akan ada niat seperti itu, kau harus yakin.

BELINDA : Kalau begitu dia akan menikah denganku, Haris.

AKU: (BERTERIAK KERAS) Keluar! Jangan pernah kembali masuk ke dalam kamar ini.

HARIS: Tidak, aku akan terus kembali, aku akan terus berada di kamar ini sampai kau betul-betul tidak membutuhkan aku.

BELINDA: Betul Haris, karena hidup kita bakal rumit, sekali rumit bakal rumit selamanya, selama kau tak berani keluar bahwa sebenarnya tidak pernah rumit.

AKU: (BERTERIAK KERAS) Aku tidak akan pernah membutuhkanmu, karena hidupku tidak akan pernah rumit.

BELINDA: Kau salah sayang, karena kau yang membuat situasi menjadi rumit lebih dulu, kau yang akan menabrak tata krama dan etika itu sendiri sayang, kau tak seperti mereka, ketika masuk ke dalam rumah untuk bertamu, kau malah masuk lewat pintu belakang, ataupun menaiki atas genting, kau tabrak juga estetika ini sayang.

HARIS: Dengarlah penjelasanku, kali ini, aku mencintaimu sebagai seorang sahabat, kalau ini memang sudah terjadi maafkan aku, kalau esok terjadi lagi, berarti itu jalan hidup yang kita tempuh sampai berani menjelaskannya, kenapa kita lakukan? Apa yang membuat kita memilih?

LAMA KELAMAAN HARIS BICARA, AKU PUN MENJADI TENANG SEHINGGA HARIS MEMBERANIKAN DIRI MELANGKAH PELAN-PELAN KE ARAHKU, BELINDA JADI TERTEGUN MELIHAT KAMI, DIA SEPERTI INGIN MENCEGAHNYA.

HARIS: Aku berjanji akan selalu ada buatmu, kita seorang sahabat, kalau kita nantinya bisa saling mencintai, berarti kita sudah memilih, kita sudah berani memutuskan, kita sudah tahu alasannya kenapa ada larangan.

HARIS MAU MENDEKAP AKU, SEKETIKA AKU BERBALIK BADAN MENGAMBIL PEDANG YANG TERGELETAK, LALU AKU MENYERANG HARIS MEMBUATNYA SANGAT PANIK KARENA HAMPIR MELUKAI TUBUHNYA, AKU SEMAKIN KALAP MENYERANG HARIS.

AKU: (BERTERIAK KERAS) Keluar! Keluar! Keluar!!!

BELINDA: Jangan keluar Haris, kalau kau keluar aku tak akan memilihmu, jangan Haris, kalau kau keluar aku akan memilihnya!

HARIS TIDAK PUNYA PILIHAN KECUALI KELUAR, KARENA AKU TERUS MENGEJARNYA DENGAN PEDANG, AKU SEKETIKA TERDIAM, LALU MENANGIS BERSIMPUH, BELINDA MENATAP PELAN-PELAN, MENDEKATI AKU, LALU MEMEGANG TANGANNYA DENGAN ERAT.

AKU: (BERBICARA SENDIRI/MONOLOG) Haris seorang sahabat yang baik, aku mengenal Haris lebih dulu ketimbang mengenalnya, dia selalu tahu permasalahanku, dia tahu keluargaku, begitu juga aku tahu keluarganya, aku tahu dia tidak gampang mencintai, tapi sebaliknya, aku sangat mudah mencintai seseorang, aku tidak sekuat dirinya, tapi aku ingin seketika sepertinya, betapa bahagia menjadi dirinya, mencintai dan memiliki. Kalau hari ini dia semakin tahu betapa rapuhnya aku, maka aku juga tahu sebenarnya betapa kuatnya Haris, setiap hari aku dan Haris selalu pergi bersama, setiap hari aku dan Haris berkeliling melihat dunia, setiap hari Haris selalu berlari ke halaman rumahku, lalu berdiri menatap tajam, membiarkan telinganya sakit karena suara-suara keras yang muncul dari rumahku, lalu Haris melihat suami istri saling kejar, saling dorong dan banting hingga ditinggalkan. Haris melihatku menangis, dunia macam apa ini, (JEDA) setiap hari aku dan Haris selalu bertaruh, dan itu pasti akan dilakukannya terus menerus, apa saja yang sekiranya menarik dalam hidupku dan Haris, selalu asyik sebagai bahan taruhan, siapa yang kalah bermain catur, dia harus menerima konsekwensinya, tapi belum tentu yang kalah tidak akan bahagia sesuai harapannya, barangkali mereka yang kalah lebih menang dari mereka memenangkannya.

BELINDA : Mungkin.

AKU : Aku disebutnya sebagai orang yang kalah.

BELINDA : Mungkin.

AKU: Aku juga disebutnya sebagai orang yang menang.

BELINDA : Mungkin.

AKU : Aku tidak menyukainya.

BELINDA : Tapi aku menyukainya.

AKU : Barangkali.

BELINDA : Aku tidak menyukainya.

AKU : Barangkali.

BELINDA : Aku tidak menyukainya.

AKU : Kita tidak sama.

BELINDA : Pernikahan pasti bukan orang yang sama.

AKU : Dua orang yang berbeda, aku…..

BELINDA :(MEMOTONG) Kau.

AKU MENATAP TAJAM BELINDA, BELINDA LANGSUNG MENCIUMNYA DENGAN ERAT DAN CUKUP LAMA, DAN AKU LANGSUNG BERANI MEMELUKNYA TANPA BERUSAHA MELEPASKANNYA, DI SAAT BELINDA YANG TAMPAK KEBINGUNGAN.

Bangkalan, Oktober 2013

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun