“Tidak mungkin. Pintu selnya terkunci kok. Lagipula penjara di kota kita kan ketat sekali pengamanannya.”
Apa yang sedang mereka bicarakan?
Agus siapa ?
“Haaaiiii……,” Hani muncul dan langsung menghempaskan diri di sebelahku.
“Hai….. capek yah Han…?” tanyaku melihat wajah Hani yang memerah.
“Nggak capek sih. Cuma kepanasan saja. Yahh… luntur deh make-up ku,” keluh Hani sambil melirik cermin kecil yang dikeluarkannya dari sling-bagnya yang berbentuk kepala kucing.
Aku tertawa. Dalam hati aku merasa lega sudah memilih berdandan sedikit girly meskipun tetap kupadukan dengan celana jeans favoritku. Tidak enak pada Hani kalau pakaianku terlalu santai.
“Nih Vid. Ayo makan yang banyak. Biar nggak sakit lagi,” Ferry meletakkan piring besar berisi macam-macam makanan di hadapanku.
“Hahh ?? Kamu sakit Vid ? Kapan ? Iihh kenapa nggak bilang aku sih ?” Hani melotot dengan wajah galak.