“Sebenarnya saya dan adik perempuan saya, dilepaskan oleh pemimpin gerombolan itu, ternyata dia tidak tahu kalau kami di culik oleh anak buahnya, kami di titipkan ke warga yang ditemui di jalan, pemimpin itu meminta warga itu untuk mengantarkan kami kembali ke rumah, bahkan dia memberikan kami uang, untuk bekal perjalanan pulang, namun sayangnya warga itu ternyata tidak amanah, dia meninggalkan kami di sini, bahkan uang kami pun di ambilnya...”.
Jaka Someh menjadi terharu mendengar cerita anak itu,
“Ya sudah, nanti paman akan antarkan kamu dan adik perempuanmu kembali ke rumah...sekarang kita temui adik perempuanmu dulu, katanya dia sedang sakit...”
Anak itu mengiyakan Jaka Someh
“Iya paman, mari kita berangkat...”
Sebelum berangkat, jaka Someh menyempatkan membeli makanan untuk mereka bertiga. Setelah itu Jaka Someh mempersilahkan anak itu naik ke atas gerobak sapi
“Ayo dik, naik...oh ya, nama kamu siapa? He...he...dari tadi kita mengobrol tapi belum saling kenal...Nama paman adalah Jaka Someh...kamu boleh memanggil saya dengan Paman Jaka atau Paman Someh....terserah adik, mau memanggil apa...”
Anak itu balas memperkenalkan dirinya kepada jaka Someh
“Nama saya Purba Anom, paman, kalau adik saya bernama Dewi Intan...”.
Jaka Someh tersenyum kepada Purba Anom, kemudian mereka berangkat menuju tempat Dewi Intan.
Tak lama kemudian, mereka sampai di suatu tempat, berupa bangunan tua yang kosong. Purba Anom langsung masuk ke dalam bangunan itu dan diikuti oleh Jaka Someh. Di sana ada Dewi Intan sedang menggigil karena demam yang sedang di deritanya. Wajahnya pucat dan layu. Tubuh Dewi Intan juga terlihat kurus karena kurang asupan makanan. Jaka Someh, langsung memegang kening Dewi Intan untuk memeriksa kondisi, lalu dia berkata kepada Purba Anom