Jaka Someh tersenyum kepada Purba Anom
“Iya, Insya Allah nanti paman ajari kalian dengan ilmu silat yang pernah paman pelajari”.
Dewi Intan pun bersorak mendengar perkataan jaka Someh
“Hore..., terima kasih, paman someh...”.
Jaka Someh hanya menganggukan kepala. Setelah itu mereka kembali melanjutkan perjalanan menuju rumah peninggalan ayah Purba anom.
Ketika sampai di depan gerbang kediaman keluarga Purba Anom yang nampak megah, tiba-tiba ada suara orang berteriak begitu keras dari dalam pendapa rumah.
“Aki...Ki Tapa...itu...itu dia...Orang yang telah mengalahkan Ki Darba dan yang lainnya...cepat Ki...”
Ternyata orang yang berteriak itu adalah salah satu anak buah Ki Tapa yang tadi ikut lari dari Jaka Someh. Tak lama kemudian, keluarlah seorang lelaki tua yang badannya begitu gempal dan kekar, berpakaian pangsi serba hitam. Lelaki itu meski sudah tua namun gerakannya masih terlihat gesit dan berbobot, dia lah Ki tapa salah satu pendekar aliran hitam yang memiliki ilmu silat yang sangat tinggi. Sang Jawara Pilih Tanding. Dia berjalan dengan gagahnya menyambut Jaka Someh
“Ha...ha...tidak perlu susah-susah mencari...kamu malah datang menuju kuburanmu sendiri”.
Jaka Someh tertawa ringan sambil memandang Ki Tapa, kemudian mengejek Ki tapa untuk memainkan emosinya
“He...he...ini rupanya kakek tua yang bernama Ki Tapa, sudah peot dan ubanan tapi masih merasa sok jagoan...”.