“Besok pagi, paman akan antarkan kalian, untuk pulang ke rumah..., sekarang kalian istirahat yang banyak”.
Purba Anom dan Dewi Intan merasa senang mendengar perkataan Jaka Someh, mereka sudah rindu dengan kedua orang tua mereka, meskipun tahu bahwa ayahanda mereka sudah meninggal.
Teringat dengan ayahnya yang sudah meninggal, Purba Anom kembali menjadi sedih, Jaka Someh yang melihat perubahan di wajah Purba Anom bertanya
“Kenapa Purba, koq kelihatan sedih?”.
Purba Anom menjawab pertanyaan Jaka Someh
“Saya teringat dengan Rama saya, paman. Beliau tewas terbunuh oleh pendekar tua yang sangat sakti, bahkan beliau mati dihadapan saya”.
Jaka Someh berusaha menghibur Purba Anom dan Dewi Intan
“Sabar ya, paman tahu kalian tentunya merasa sedih dengan kematian ayah kalian...tapi kalian harus ikhlas...karena semuanya sudah menjadi ketentuan dari Yang Maha Kuasa...semuanya pasti ada hikmahnya...tapi kalian masih bisa bersyukur karena masih punya Bunda yang nanti akan merawat kalian”.
Purba Anom tersenyum mendengar nasehat jaka Someh, meskipun hatinya masih sedih
“Iya, paman, saya sudah ikhlas koq...!”
Jaka Someh berangkat mengantar kedua bocah itu kembali ke rumahnya yang ada di wilayah bekas kerajaan Galuh.