Purba Anom dan dewi Intan pun mengiyakan Jaka Someh
“Iya, paman. Mari kita pergi dari sini...”
Mereka bertiga pun segera keluar dari rumah itu.
Di luar ternyata banyak sekali warga yang berdatangan ke rumah peninggalan alamarhum Raden Purba Sora. Para warga ternyata sudah tahu bahwa Ki tapa sudah tewas dikalahkan oleh Jaka someh.
Jaka Someh sendiri tidak menyadari ternyata banyak warga yang menyaksikan pertarungannya dengan Ki Tapa, meski menyaksikan dari jarak yang jauh.
Mereka merasa takjub melihat kehebatan dua pendekar pilih tanding yang sedang bertarung. Bagi mereka itu adalah momen yang langka, bisa melihat pertarungan dahsyat dari dua pendekar sakti.
Terlebih lagi setelah melihat jaka Someh dapat mengalahkan Ki tapa yang selama ini telah menghantui mereka. Untuk itulah mereka mendatangi rumah raden Purbasora, untuk menemui Jaka Someh yang telah membebaskan mereka dari kejahatan Ki tapa dan anak buahnya.
Melihat jaka Someh keluar dari rumah, mereka langsung berebutan menyalami Jaka Someh. Salah satu dari mereka, mengucapkan terima kasih kepada Jaka someh,
“Tuan Pendekar, terima kasih banyak...tuan sudah membebaskan kami dari Ki Tapa dan anak buahnya...saya Jauhari, kepala kampung di sini, mewakili warga di sini, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada tuan pendekar”.
Jaka someh merasa geli mendengar dirinya di sanjung dengan sebutan tuan pendekar oleh bapak kepala kampung, dia pun tertawa dan berkata kepada pak jauhari
“Aduh bapak, jangan panggil saya tuan pendekar, saya hanyalah orang biasa,...he...he...nama saya Jaka Someh, bapak dan para warga semua dapat memanggil saya, Someh, Omeh atau akang saja, mangga silahkan...he...he...”.