Mataku terbelalak. Yesungie oppa...
"Jangan kaget, tentu saja aku tau. Aku bisa melihat itu di mata Julie, meskipun dia pintar sekali menutupinya," ujar Yesungie oppa, "dia pintar berakting seperti kau dan yang lainnya dulu."
"Jadi... jadi apa oppa ingin mengingatkan Julie, atau apalah... toh jarang sekali ada kejadian seperti ini kan? Jarang sekali orang yang sudah berpisah belasan tahun bisa bertemu lagi kan?"
"Hmm... aku tidak tau. Lihat nanti sajalah. Itulah yang mau aku ceritakan padamu."
"Maaf, oppa, tadi aku teriak-teriak ke oppa, soalnya aku tidak tau apa maunya oppa..."
"Gwaenchana, Yifang. Aku tidak akan pernah marah padamu. Ayo kita mulai main."
Aku menurut saja ketika Yesungie oppa membawaku turun ke arena skating, tapi jantungku mulai berdebar tidak karuan.
"Oppa... oppa aku takut! Jangan lepaskan tanganku!"
"Nanti juga harus dilepaskan... kalau tidak, darimana aku tau Yifang sudah bisa atau belum?"
"Gyaaaaah... jangan, oppa!!!"
Tapi Yesungie oppa mengajariku dengan sabar sekali. Meskipun dia bilang dia akan melepasku, tapi setelah rasanya lama sekali, dia tidak melepasku. Aku mulai menikmati bermain ice skating, meski keseimbanganku masih bermasalah. Yesungie oppa, dia memang sangat baik...