"Aku... aku juga bukan sengaja."
Yesungie oppa membawanya keluar lapangan, dan aku merasa sedikit kasihan melihat keadaannya yang sekarang. Tanpa banyak bicara, aku ke meja penjaga di depan untuk meminta kotak P3K dan kembali sesudahnya. Aku sudah berlutut di depan Yingmin dan membuka kotak peralatan ketika dia tiba-tiba bersuara.
"Aku ingin Yesung yang merawatku."
"Kau ini! Masih juga mau pilih-pilih! Dasar tidak tau terima kasih!"
"Sudah, Yifang, gwaenchana. Biar aku saja," ujar Yesungie oppa menengahi.
"Tapi... apa kaki oppa tidak apa-apa?"
"Gwaenchana, Yifang ah~"
Sambil mengambil kotak P3K dari tanganku, Yesungie oppa mengelus kepalaku sejenak. Kalau bukan lukanya si Yingmin ini parah, aku sudah menendangnya sampai ke bulan pasti. Ketika aku sedang dalam puncak rasa cemburu memandangi Yingmin yang matanya terpancang pada sosok Yesungie oppa yang berlutut di depannya, ponselku bernyanyi. Aku melihat layarnya: Julie. Aku langsung saja menjawabnya.
"Yoboseyo, Julie... aku? Sedang santai kok... bertemu sekarang? Dimana?"
Aku dan Yesungie oppa kini bertukar pandang. Sepertinya karena Yesungie oppa mendengar nama Julie disebut.
"Oke, boleh. Aku akan kesana dalam setengah jam."