Mohon tunggu...
Wesly Hugo Tamba
Wesly Hugo Tamba Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

Pelajar yang udah lulus SMA

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Petarung Kehidupan

23 Februari 2021   20:25 Diperbarui: 23 Februari 2021   21:57 333
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aku terbangun, menengok kanan-kiri dalam keadaaan setengah sadar sambil mencoba mengumpulkan nyawaku yang masih menginginkan aku kembali ke alam mimpi. Setelah nyawaku terkumpul dengan sepenuhnya aku mencoba meraih ponsel genggamku, ku lihat disana tertera jam 4:15. Aku bangkit dari tempat tidurku dan bergegas menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu untuk melaksanakan shalat subuh. Air mengalir disetiap inci tubuhku, sensasi dingin terasa menyejukan sekaligus membuat tubuhku menjadi sangat segar. Selesai wudhu aku bergegas mengganti pakaian dan berangkat menuju masjid.

            Dimasjid ini cukup banyak orang yang shalat subuh secara berjamaah, cukup banyak anak kecil yang datang kemasjid walaupun dengan muka yang rindu dengan kenyamanan kasur mereka masing-masing. Sudah saatnya shalat dimulai, aku memilih tempat tepat ditengah-tengah para jamaah. Shalat berlangsung dengan lancer tanpa ada kendala. Shalatpun berakhir dan sebagian ada yang mengobrol, ada yang membereskan masjid dan ada yang memilih kembali kerumah masing-masing. Aku memilih membantu membersihkan masjid bersama beberapa temanku, ada yang membereskan peralatan shalat atau menyapu ubin masjid. 30 menit berlalu dan jam sudah menunjuk pukul 5 pagi, aku harus pulang karena aku tidak ingin terlambat masuk sekolah. Setelah berpamitan dengan beberapa bapak-bapak yang masih disana aku menuju rumahku yang jaraknya tidak terlalu jauh itu.

            Sesampainya aku dirumah aku langsung menyambar handuk yang tergantung disamping pintu kamarku karena aku belum sempat mandi saat tadi sebelum kemasjid. Didapur aku sudah melihat ibuku sedang memasak. Jika ditebak dari wanginya, sepertinya ibuku sedang memasak ayam kecap, tapi sudahlah, aku akan segera mengetahuinya nanti. Dalam 20 menit aku selesai membersihkan diriku dan menggunakan seragam yang tentu saja sudah disetrika. Aku membereskan buku yang aku perlukan disekolah kedalam tasku. Aku tak sengaja melihat kartu peserta ujianku disamping buku paket Bahasa Indonesia.

Nur Wachid Kalingga

XII IPA 7

Itulah namaku, Nur Wachid Kalingga, biasa aku dipanggil wachid (baca: wahid). Aku memiliki 2 saudara perempuan bernama Fanny Chintya Kalingga si nomor 2 dan Vanny Alya Kalingga sibungsu. Ayahku memberiku nama depan Nur yang memiliki arti cahaya agar kelak aku menjadi cahaya bagi adik dan keluargaku.

"Ka, cepet bangunin adik-adik kamu, nanti terlambat." Teriak ibuku dari dapur

            Aku segera bergegas keluar dari kamar, membangunkan kedua adikku dari tidurnya yang lelap. Akhirnya aku bisa membangunkan mereka meskipun ada drama adu mulut antara aku dan mereka berdua. Aku segera pergi kedapur, mengambil makanan dan makan diruang tengah sambal menonton kartun kesukaanku sejak kecil, Spongebob Squarepants. Selesai makan aku kembali kekamar dan mengambil tas dan segera bersiap diri pergi kesekolah. Didepan rumah aku memakai sepatuku dan ibuku ada tepat dibelakangku. Selesai memakai sepatuku aku izin kepada ibuku untuk pergi kesekolah

"Wachid pergi dulu ya bu." Ucap diriku sambil mencium tangan ibuku

"Iya, hati-hati dijalan, belajar yang bener disekolah. Ini bekel kamu"

"Siap bu, Wahid pergi dulu ya. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam"

            Aku pergi meninggalkan rumah, aku perlu jalan kaki 5 menit dulu keluar komplek untuk pergi kesekolah naik angkot. Mungkin hari ini aku sedang beruntung karena ada angkot yang sedang mengetem, jadi aku tidak perlu menunggu angkot lagi. Diperjalanan banyak orang yang naik turun angkot, mulai dari ibu-ibu yang mau kepasar, orang yang akan pergi bekerja atau pelajar sepertiku yang pergi kesekolah. Butuh waktu setengah jam sampai akhirnya aku tiba disekolahku. Aku menyetop angkot yang kunaiki, turun dari sana dan membayar sang pengemudi angkot. Setelah itu aku jalan menuju sekolah. Seperti suasana lingkungan sekitar sekolah pada umumnya, ada yang menuju tempat fotocopy, ada yang jajan, siswa berlalu lalang entah itu berjalan kaki, diantar orang tuanya, membawa kendaraan sendiri atau menunggu temannya untuk masuk kedalam sekolah bersama.

            Didepan gerbang selalu ada anak-anak OSIS yang sedang melakukan tugasnya, biasanya mereka menegur siswa lain untuk melepas jaket sebelum masuk kearea sekolah atau meminta mereka yang tidak memakai kaus kaki sesuai ketentuan untuk melepas kaus kakinya. Jelas bagi beberapa orang hal itu sangat menjengkelkan. Masuk kedalam sekolah hal yang biasa dilihat oleh orang-orang adalah tulisan besar nama sekolah ini "SMA Negeri 1 Cikarang" dengan warna yang berbeda disetiap hurufnya. Disebelah dari hiasan nama sekolah itu ada taman yang cukup luas yang setiap hari senantiasa dirawat oleh petugas kebersihan. Selanjutnya lapangan sekolahku, lapangan ini cukup luas, bahkan cukup untuk 3 pertandingan bola voli. Disitu juga aku melihat sedang ada beberapa murid yang sedang mempersiapkan upacara bendera. Kelasku ada dilantai 2 jadi aku harus naik tangga dulu sebelum mencapai kelasku

            Akhirnya aku sampai dikelasku, kelas 12 Mipa 7. Jam menunjuk pukul 6:15, baru ada 7 orang yang ada dikelas, salah satunya adalah teman sebangku-ku, namanya Tegar. Aku sedikit heran sepagi ini dia sudah sampai sekolah dan dia sedari tadi memandangku dengan senyum lebar, dugaanku dia akan meminjam buku tugas fisikaku.

"Hid, lihat tugas fisika."

Dan ternyata tebakanku benar. 3 Tahun duduk bersama dia membuatku sangat mengenal dirinya. Aku segera mengeluarkan buku tugas fisikaku dan memberikan kepadanya.

"Nih bukunya. Tumben amat belum ngerjain tugas, biasanya paling cepet ngerjain"

"Hehehe, soalnya dari kemarin keasikan push rank PUBG, jadinya lupa." Ucap Tegar dengan nyegir lebar

Tegar merupakan salah satu murid terpintar dikelas ini, kemampuan dalam mata pelajaran fisika dan matematika sudah tidak perlu dipandang sebelah mata lagi. Hanya saja kebiasaan main game dia terkadang membuat dia lalai dalam sekolah.

            Satu-persatu murid dikelas ini berdatangan. Ada yang mengobrol atau sama seperti Tegar yaitu menyalin tugas fisika orang. Tiba-tiba bel menginstrupsi kami semua, itu bel upacara. Kami semua langsung bergegas kelapangan dan langsung berbaris dengan rapih. Seperti biasa yang tinggi harus didepan dan yang lebih tinggi dibelakang walaupun banyak yang tidak mau dibarisan paling depan. Upacara dimulai, semua murid mengikuti upacara dengan khidmat, pengibaran bendera berjalan dengan lancer, satu-dua murid ada yang harus diantar ke UKS. Tibalah bagian amanat, pembina upacara menyampaikan amanatnya yang intinya mengingatkan tentang nilai-nilai dan persiapan tentang kelas 12 yang sebentar lagi akan ujian dan segera masuk ke Perguruan Tinggi. Amanat berakhir dan upacara berlanjut dan akhirnya upacara berakhir. Semua siswa segera menuju kelasnya masing-masing.

            Pelajaran dimulai dengan mata pelajaran fisika. Seperti biasa Tegar adalah bintang dimata pelajaran ini, yang lain hanya menyimak dan mencatat yang guru kami jelaskan. Pelajaran terus berlanjut sampai bel istirahat berbunyi. Semua terlihat gembira karena akhirnya "penderitaan" yang mereka alami telah selesai. Semuanya langsung memasukan buku mereka kedalam tas mereka. Beberapa langsung menuju kantin atau makan dengan bekal yang mereka bawa.

"Hid, mau kekantin ga?" Tanya Tegar

"Engga, aku bawa bekal" Jawabku

Tegar mengangguk, dia dan temanku yang lain akhirnya meninggalkan kelas dan menuju ke kantin. Aku segera mengeluarkan bekalku dan mulai menyantapnya. Amanat yang disampaikan pembina upacara tadi masih terngiang-terngiang dikepala. Kuliah, ya kuliah. Dari pertama aku masuk SMA aku menekadkan diriku agar melanjutkan pendidikanku kejenjang yang tinggi. Hanya saja aku tau ekonomi keluargaku tidak mengizinkanku untuk berkuliah. Hal itu terkadang membuatku sedih. Aku sebenernya belum pernah menanyakan kepada orang tuaku apakah aku boleh berkuliah atau tidak, tapi aku tau kalau ekonomi keluargaku pas-pasan. Aku tidak ingin terlalu membebankan mereka.

"WOI NGAPAIN BENGONG" Teriak seseorang perempuan sambil menepuk pundakku dengan keras

Aku lantas tersedak dan langsung meraih botol minumku dan meminumnya dengan tempo yang sangat cepat.

"Orang lagi makan malah dikagetin." Ucapku dengan nada ketus

"yamaap, lagian ngapain bengong gitu, gabakal masuk sendiri itu makanan kemulut."

Perempuan itu adalah Dita, nama lengkapnya Dita Afifah. Dia gadis yang cantik, pintar dan ambisius, dia cukup terkenal disekolah ini walaupun dia sering teriak-teriak gajelas. Dulu aku menyukainya tetapi aku tidak percaya diri dengan diriku yang tidak memiliki apapun yang bisa dibanggakan. Yaa walaupun sekarang aku masih menyukainya walaupun sudah berbeda dengan saat itu

"Eh hid mau nanya, dah tau mau kuliah kemana?" Tanya Dita kepadaku

Ah pertanyaan itu lagi. Jujur saja aku benci jika ditanya akan hal itu karena ketidakjelasan akan masa depanku.

"Mau ke Unpad." Timpalku

"Ohh sama atuh, aku juga mau ke Unpad, ambil Fakultas Kedokteran, kalau kamu mau ambil apa?" Tanya dia lagi

"Mau ambil Teknik Informatika"

"Mantap atuh, semangat ya Kang Wachid, bisa sok bisa" Ucap dia sambil senyum manisnya kearahku dengan jarinya membentuk simbol V (peace)

Aku terkesima dengan senyumannya, aku mengangguk dan memberi ucapan kepadanya. Setelah itu dia pergi berkumpul bersama teman-teman perempuannya. Melihat dirinya semangat akan memperjuangkan masa depannya membuatku iri. Aku sempat dekat dengan Dita dan aku tau latar ekonomi keluarganya 11-12 dengan diriku. Hanya saja aku heran mengapa dia bisa semangat sekali. Ingin sekali aku menanyakannya hanya saja aku terlalu malu dan aku tidak bisa terlalu lama menatap wajahnya yang manis itu, nanti yang ada aku akan baper seperti dulu lagi, kenangan yang lucu. Aku mengingat kenangan itu sambil senyum-senyum sendiri sampai tak sadar kalau Tegar bersama temanku sudah kembali.

"Etdah nih bocah napa senyum-senyum sendiri." Ucap Tegar sambil geleng-geleng kepala

"Paling disenyumin si Dita lah, satu kelas ini tahu kalau nih bocah cuman suka sama Dita" Ucap temanku

Aku yang mendengarnya langsung memolotinya. Dia adalah Tobias Justin. Sultan dikelas ini. Kalau kalian mau tahu sesultan apa dia, dia selalu membeli hp terhitung 3 bulan sekali karena selalu hancur akibat kesal karena kalah bermain PUBG saat kami bertiga sedang mabar (main bareng). Sekarang sih udah gapernah banting-banting hp, gatau kalau kami mabar lagi karena kami bertiga sibuk dengan urusan kami masing-masing. Bel sudah berbunyi, anak-anak kelas yang masih diluar kembali masuk kedalam kelas dan bersiap mengikuti pelajaran selanjutnnya. Pelajaran terus berlanjut sampai pelajaran berakhir.

            Bel pulang telah berbunyi, mereka yang telah lelah dengan pelajaran jam terakhir langsung kembali duduk dengan tegak dan langsung membereskan buku mereka. Sang guru memberikan materi untuk minggu depan, kami semua serentak mengangguk dan akhirnya guru kami keluar dari kelas. Kami semua langsung bersiap untuk pulang, ada yang pulang ada yang masih disekolah untuk mengerjakan tugas. Hari ini adalah jatahku untuk piket kelas, aku menaikan satu per satu kursi keatas meja, yang lain ada yang menyapu dan membereskan meja guru serta menghapus papan tulis dan menyiapkan spidol untuk esok hari. Setelah semuanya selesai akhirnya aku bisa pulang karena ada laporan yang harus segera aku selesaikan.

            Aku keluar dari kelas, menelurusi tiap meter dari sekolahku. Banyak murid yang memilih singgah disekolah sementara, ada yang sekedar mengobrol, ada yang belajar bersama, atau mengikuti ekstrakurikuler. Aku sampai didepan gerbang dan harus berjalan kedepan tempat dimana biasa angkot yang kunaiki mengetem, aku naik angkot dan pulang menuju rumah.

            Aku sampai rumah dengan badan yang cukup lelah, pelajaran hari ini cukup mengurus tenaga ditambah bayangan kuliah yang kuimpikan tidak menemukan kejelasan menambah rasa lelah ini. Aku memutuskan untuk mengambil handuk dan mandi untuk menyegarkan pikiranku yang kacau ini. Selesai mandi aku menuju dapur, membuka tudung saji dan melihat ada sayur sop, tahu dan sambal. Dengan semangat aku mengambil nasi dan memasukan segala lauk yang ada dan menuju ruang tengah. Aku meraih hpku yang ada dimeja dan menonton turnamen PUBG yang sedang berlangsung. Aku menonton sambil makan dan tidak berasa makananku sudah habis, kulanjutkan dulu tontonanku sampai pertandingan.nya berakhir baru kusimpan piring bekas makanku  Setelahnya aku masuk kekamarku.

            Dikamar aku berniat untuk mengerjakann laporanku, tetapi tiba-tiba hpku bordering menandakan ada pesan yang masuk

Tegar

16.04 Hid, temenin pubg 3 match

16.05 Lumayan eventnya lagi bagus

Aku langsung masuk kedalam game kesukaanku, PUBG. Sekitar satu jam kami asik bermain sampai aku lupa bahwa aku harus menyelesaikan laporanku. Aku meraih laptop dimeja belajar lalu pindah keatas kasur. Aku mulai mengerjakannya dan baru selesai sekitar jam 8 malam. Aku lalu keluar dari kamar, aku melihat ibuku sedang menonton sinetron Ikatan Cinta. Sebenernya aku ingin menanyakan kejelasan masa depanku, tetapi aku terlalu takut untuk menanyakannya. Sekian lama menimbang-nimbang akhirnya aku menanyakan tentang kuliahku ke ibuku

"Bu wahid pengen na-"

"Tunggu iklan, ini lagi rame" Potong ibuku dengan cepat

Aku memilih diam dan ikut menonton dengan ibuku. Setelah sinetron ini terpotong oleh iklan barulah ibuku bertanya kepadaku.

"Tadi kamu mau nanya nak" Tanya ibuku dengan lembut

Aku tidak siap menyakannya, tapi aku butuh kejelasan.

"Wahid boleh kuliah gak bu?"

Ibuku sedikit terkejut dengan pertanyaanku tapi dengan cepat ia langsung menyembunyikan raut kagetnya itu

"Tentu saja nak, ibu sama ayahmu jelas akan mengusahakan kamu agar kamu bisa lebih baik dari orang tuamu. Sekarang kamu belajar yang giat aja biar nanti kamu gampang masuk universitas yang bagus" Jawab ibuku dengan senyumannya yang menenangkan

Aku yang mendengarnya cukup senang walaupun aku tahu seperti apa keadaan ekonomi keluargaku. Akhirnya aku izin kekamar karena aku ingin lanjut belajar.

            Jam telah menunjuk pukul setengah 10 malam, aku memilih menyudahi belajarku dan memilih untuk tidur. Kutarik selimutku sampai menutupi hampir seluruh tubuhku dan kucoba memenjamkan mataku tapi aku tidak bisa tidur. Jam sudah menunjuk pukul jam 12 tapi aku tetap tidak bisa tidur, aku memilih untuk kedapur untuk meminum segelas air. Diperjalanan menuju kembali kamarku aku mendengar ayah dan ibuku seperti membicarakan sesuatu, aku tidak begitu peduli sampai terdengar kata "kuliah" aku menghentikan langkah kakiku dan berdiam dekat pintu kamar orang tuaku.

"Yah, Wachid udah ngomongin kuliah, ibu gasiap buat nyampein sebenernya. Anak kita adalah anak yang kuat tapi ibu gabisa ngebayangin bagaimana dia saat tahu kenyataan yang harus dia terima." Ucap ibuku dengan sedikit terisak.

"Ibu gausah khawatir, ayah akan berusaha keras agar anak kita bisa kuliah. Masa depan mereka harus lebih baik dari ayahnya ini." Ucap ayahku sambil memeluk ibuku.

Aku yang mendengar percakapan mereka hanya bisa terdiam, air mata yang kutahan sedari tadi akhirnya tumpah juga. Aku memilih kembali kekamarku dan memilih mengubur dalam mimpi-mimpiku. Selama 2 minggu semenjak mendengar percakapan orang tuaku aku merasa tidak bersemangat untuk melakukan apapun. Disekolah aku hanya diam memperhatikan pelajaran tapi pikiranku kemana. Tegar yang berusaha mengajakku bermain PUBG selalu kutolak. Dirumah kedua adikku melihatku heran karena aku selalu dikamar dan jarang keluar dari kamar. Vanny, adikku bahkan selalu berusaha mengajak aku melakukan hal bersama, entah mengajari dia pelajaran yang ia kesulitan atau menonton tv bersama selalu kutolak ajakannya. Aku merasa kalau aku tidak punya lagi tujuan hidup.

            Hari minggu, biasanya kuhabiskan diriku dengan bermain game seharian, tapi aku tetap tidak semangat melakukan apapun. Setelah membereskan semua pekerjaan rumah aku memilih untuk membuka buku latihanku dan mulai mengerjakan soalku. Baru sekitar 15 menit aku mengerjakan soal tiba-tiba suara ketukan pintu menginterupsiku. Aku segera membuka pintu kamarku dan disana ada sosok yang kucintai segenap hatiku yaitu ibuku.

"Ibu boleh masuk?"

Aku hanya sekedar mengangguk kepalaku, ibuku langsung melenggang masuk. Selama 10 menit dia memperhatikan kamarku, dari foto-fotoku saat masih kecil sampai semua piagam yang kudapatkan. Ibuku akhirnya duduk dikasurku

"Wachid, bisa duduk sini bentar?"

Aku yang tidak mengerti apa maksud hanya bisa menuruti. Saat aku duduk disamping ibu, beliau langsung menarikku kedalam pelukannya.

"Ibu tahu kalau kamu sedih soal kuliahmu."

"E-eng-gga k-kok bu, Wachi-i-d nge-ert-i kok keada-a-an ibu sama a-ayah"

Kontradaksi. Kalimat yang kusampaikan tidak sesuai dengan nada yang seharusnya. Ibuku semakin memeluk dengan erat sambil mengelus rambutku dengan lembut. Disitulah tangisanku pecah, kuluapkan segala hal yang mengangguku seperti anak kecil yang mengadu kepada ibunya karena jatuh dari sepeda. Ibuku berusaha menenangkanku dengan mengelus-ngelus punggungku.

"Udah-udah gapapa, kamu tahu kan kalau Tuhan gapernah tidur, lakukan yang terbaik apa yang bisa kamu lakukan maka sisanya biarkan Tuhan yang menentukan. Kalau takdirmu kamu akan kuliah maka Tuhan akan menyiapkan jalan yang tidak terduga untuk kamu. Ibu yakin ada masa depan yang penuh harapan yang Tuhan lagi siapkan buat kamu. Sekarang kamu belajar yang giat." Ucap ibuku

Aku yang mendengar itu langsung terkejut. Aku terlalu menyalahkan keadaan padahal jika aku berusaha pasti aku bisa kuliah tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Setelah mendengar nasihat ibuku aku langsung giat belajar. Pelajaran yang tertinggal kukejar dengan cepat agar aku bisa mempelajari materi yang lain.

            Seminggu berlalu, akhirnya aku berhasil mengejar ketertinggalanku disekolah, walaupun aku harus mengorbankan banyak waktu bermainku. Saat ini aku sedang dikelas, saat ini sedang jam kosong karena guru Bahasa inggris kami sedang ada keperluan. Tiba-tiba Dita datang menghampiri mejaku

"Hid, ajarin passive voice, gangerti hehe" Ucap Dita

Tegar yang sedang bermain game seakan mengerti keadaan, dia memilih pindah tempat kebangku belakang

"Silahkan bos, semoga PDKT kali ini berhasil." Ucap Tegar sambil terkikik

Aku yang mendengar perkataan Tegar hanya bisa menghembuskan nafas panjang. Dita segera duduk disampingku dan mulai mengambil buku dan penanya untuk mencatat hal yang penting. Aku mulai mengajari apa yang kubisa. Sesekali aku mencuri-curi pandang kepadanya, hingga akhirnya aku ketahuan kalau aku sedang mencuri-curi pandang

"Ih jangan liat-liat, malu atuh"

Aku langsung kelabakan dan hanya bisa diam menahan malu. Aku melanjutkan membantu ia sampai aku kepikiran akan suatu hal. Kuliah.

"Dit pulang sekolah sibuk ga?"

"Engga, kenapa?"

"Ada yang pengen aku tanyain, tapi ntar aja pulang sekolah"

Dita hanya mengganguk tanda ia mengiyakan ajakanku. Setelah hampir setengah jam membantu Dita, pelajaran selanjutnya segera dimulai. Dita berterimakasih padaku dan langsung kembali ketempat duduknya. Lalu Tegar kembali kebangkunya dan mulai banyak tanya kepadaku

"Jadi bagaimana tuan dengan PDKT nya, apakah berlajan lancer" Goda Tegar sambil tertawa

" Kasihan dia gar, tadi ketahuan curi-curi pandang" Justin tiba-tiba membalik badannya dan ikut menggodaku bersama Tegar

"Kasihan, tin kita nyanyiin lagu kita" Ajak Tegar dengan bersemangat

"Gas" Timpal Justin

"1..2..3. OH KASIHAN, OH KASIHAN, ADUH KASIHAN" (sfx: upin dan ipin)

Mereka menyanyikan lagu itu dengan nada cukup keras sambil menari absurb , hal itu mengundang perhatian sebagian isi kelas dan gelak tawa, bahkan beberapa dari mereka memilih untuk mengabadikan momen ini. Tiba-tiba guru kami masuk dan semua mendadak sunyi. Pelajaran segera dimulai dan semua berlanjut seperti biasa sampai bel pulang berakhur.

            Setelah guru kami meninggalkan kelas, teman-temanku langsung keluar dari kelas entah itu langsung pulang atau melakukan kegiatan mereka masing-masing. Sesuai rencana yang tadi sudah kusampaikan, Dita langsung menghampiriku dan menanyakan apa yang ingin ditanyakan. Aku mengajak Dita keperpustakaan sambil mengerjakan tugas tadi. Dita hanya menuruti dan kami segera menuju perpustakaan. Sesampainya disana Aku memilih bangku yang agak disudut karena aku terlalu malu jika ada orang lain yang mendengarkan percakapan kami berdua. Aku mengambil acak buku hanya untuk tameng jika nanti hal canggung terjadi

"Jadi kamu mau nanya apa hid?" Tanya Dita Penasaran

"Tapi janji yaa jangan tersinggung"

"Iya janji"

"Kamu kan pernah cerita soal ekonomi keluarga kamu, Fakultas Kedokteran jelas butuh biaya yang tinggi, kenapa kamu begitu yakin sama cita-cita kamu itu?"

Dita diam segenap, aku yang canggung hanya bisa berpura-pura membaca buku. Setelah 2 menit akhirnya Dita menjawab pertanyaanku

"Wachid, apa yang perlu ditakutkan. Aku gapeduli dengan biaya atau apapun yang menghambat masa depan aku. Aku tahu kamu nanya kayak gitu karena alasan 2 minggu kemarin tidak bersemangat karena masalah kuliahkan. Aku juga pernah melewati fase itu, saat itu aku benci diriku karena aku ditakdirkan bukan dari keluarga yang mampu. Tapi aku mencoba belajar menerima diriku yang sekarang. Aku yakin kok semesta berpihak pada mereka yang mau berusaha" Ucap Dita panjang lebar

Aku yang mendengarnya hanya bisa menunduk malu. Aku yang seharusnya kuat dihadapan orang-orang malah terlihat menyerah hanya karena 1 hambatan saja. Harusnya aku mencoba mencari jalan lain

"Kalau kamu mau, kamu bisa ikut sama aku buat ambil beasiswa yang disiapin sama pemerintah. Kita bikin jadwal buat belajar bareng. Gimana?"

"Soal beasiswa aku terlalu ragu buat ngambilnya"

"Apa yang harus ditakutin, yu kita kejar beasiswanya bareng-bareng"

Aku akhirnya mengangguk tanda aku mengiyakan ajakannya. Kami menyudahi percakapan kami dan keluar dari perpustakaan ada beberapa laki-laki yang terlihat tidak senang saaa aku mengobrol tapi aku tidak peduli. Di pinggir jalan kami berpisah karena rumah kami berbeda arah.Akhirnya kubulatkan tekadku agar aku bisa mendapatkan beasiswa itu. Tes untuk beasiswa itu akan dimulai 6 minggu lagi, sebenarnya itu waktu yang kurang tapi akan kumaksimalkan demi keluarga dan masa depanku.

            Dalam 6 minggu aku dan Dita sering belajar bersama, entah itu disekolah saat istirahat atau jam pulang. Dihari libur terkadang kami belajar bersama dirumah kami masing-masing. Saat belajar dirumahku Dita terlihat akrab dengan orang tuaku seakan mereka adalah orang tua dan anak, sesekali Dita membantu ibuku memasak. Aku juga sangat mengurangi jam bermainku agar aku bisa maksimal.

            1 hari sebelum tes beasiswa kami berdua memutuskan untuk tidak belajar dan menghabiskan waktu dengan keluarga masing-masing. Aku memilih diam dirumah membantu ibuku atau sekedar bermain game. Ibuku bahkan selalu menanyakan semua hal tentang Dita bahkan selalu memintaku untuk selalu menjaganya. Terkadang aku malu jika harus membahas Dita dengan Ibu tapi aku senang kalau Dita akrab dengan keluargaku.

            Hari untuk tes beasiswa tiba, aku dan Dita janjian dekat sekolah karena tempat untuk tes cukup jauh jadi harus menggunakan bus untuk sampai kesana. Sebelum aku berangkat ibuku menyiapkan 2 bekal dan menitipkan 1 untuk Dita.

"Semangat ya nak, ibu akan selalu doain kamu." Ucap ibuku

"Ayo bang semangat, ntar kalau abang dapet beasiswanya jangan lupa traktiran" Ucap sibungsu

Aku menyalami kedua orang tuaku dan mencium kening kedua adikku. Sebelum aku berangkat ayahku memberikan sedikit kata-kata untukku

"Wachid, maafkan ayah kamu harus sampai harus melakukan ini karena ayah tidak sanggup membiayai kuliahmu. Ayah sangat berharap kamu bisa keterima tapi jika kamu gagal ayah akan tetap bangga sama kamu. Jadilah cahaya bagi keluarga ini. Doa ayah akan selalu menuntunmu disana nanti." Ucap ayahku

Aku langsung mengangguk dan izin untuk berangkat, aku naik angkot dan saat sampai ditempat janjian aku sudah melihat Dita sudah disana. Aku segera menghampirinya

"Sorry dit aku telat."

"Engga kok, aku aja baru sampai. Yaudah yu langsung berangkat aja."

Kami menaiki bus kota. Butuh 60 menit untuk sampai disana. Diperjalanan aku memutuskan mengeluarkan buku catatanku untuk memantapkan persiapan. Dita yang duduk disampingku memilih untuk menonton youtube. 60 menit berlalu akhirnya kami sampai ditempat tes beasiswa akan berlangsung.

            Saat kami turun kami melihat sudah cukup banyak yang datang untuk bertanding memperebutkan beasiswa itu. Aku sedikit ragu apakah aku akan bisa mendapatkan beasiswa itu. Dita yang seakan tahu apa yang kurasakan langsung menepuk pelan pundahku, aku menoleh padanya dan matanya menyiratkan kalau semua akan baik-baik saja. Kami berdua segera menuju ruang registrasi untuk melakukan registrasi ulang. Setelah registrasi ulang kami diberikan snack dan kertas berisi tata acara dalam kegiatan ini. Dalam kertas ini diberitahu kalau hanya 3 orang yang akan mendapatkan beasiswa ini, aku yang melihat ini hanya bisa menelan ludahku. Tes akan dimulai 90 menit lagi, jadi aku memilih untuk berjalan-jalan sekitaran sini. Kami melihat banyak hal unik disini dan sesekali Dita memintaku untuk foto dan sesekali mengajakku untuk foto bersama. Aku sedikit kikuk tapi berusaha untuk terlihat keren saat difoto bersama Dita. Setelah itu kami kembali kegedung tempat tes untuk beristirahat sebentar. Panggilan untuk memulai tes segera dimulai. Aku dan Dita masuk keruangan dan duduk sesuai nomor peserta kami. Kami saling menyemangati satu sama lain

"Semangat it"

"Kamu juga semangat ya hid"

Kami melakukan tes dengan komputer. Soal langsung bermunculan, totalnya ada 90 soal dan waktu kami adalah 200 menit. Aku mengerjakan soal-soal itu, beberapa ada yang bisa kukerjakan dengan cepat ada yang harus kulewat dahulu karena soalnya cukup sulit. Aku baru selesai mengerjakannya dimenit ke 195 dan Dita baru selesai di 198. Kami semua diminta keluar dan akan dipilih 10 orang yang akan lanjut kefase selanjutnya.

            Setelah setengah jam akhirnya diberitahukan siapa saja yang melanjutkan kefase berikutnya. Dita memperoleh nilai tertinggi dengan skor 97,3 dan aku ada diurutan ke 7 dengan skor 96,9. Aku dan Dita saling tos dan kami diminta untuk masuk keruangan untuk melakukan wawancara. Dita sebagai pemilik skor tertinggi diminta untuk melakukan untuk tes wawancara. Dita baru selesai wawancara 20 menit kemudian. Satu persatu masuk keruangan itu hingga akhirnya giliranku tiba. Aku masuk dengan sedikit tegang. Aku diwawancara oleh 2 orang. Satu per satu pertanyaan dilontarkan mereka kepadaku, untungnya sesi wawancara ini tidak semenakutkan yang kukira jadi aku bisa menjawab pertanyaan mereka dengan baik. Saat keluar yang sudah selesai diperbolehkan pulang karena siapa yang akan keterima akan diberitahu melalui email. Aku dan Dita memilih untuk ketaman untuk beristirahat sebentar.

"Gimana dit tadi wawancaranya?"

"Asik malah, mereka welcome banget, jadi kayak ngobrol sama temen aja?"

Aku tersadar kalau aku membawa bekal, aku memutuskan untuk menyantap bekal itu sekarang.

"Dit ini titipan dari ibu, katanya ini dibikinin khusus buat kamu" Ucapku sambil menyodorkan kotak makan ke Dita

"Serius? Makasih mamah Wachid"

Kami berdua mulai menyantap makanan kami. Tidak ada yang berbicara saat kami makan. Selesai makan kami menuju mushola untuk shalat dan setelah shalat kami memutuskan untuk langsung pulang

            Setelah 3 hari pengumuman itu tiba. Aku merasa sedikit was-was sekaligus berharap agar aku bisa keterima. Kulihat email hasil wawancara itu sudah masuk jadi aku memutuskan untuk membuka bersama keluargaku walaupun ini masih sangat pagi.

"Ayo bang cepet bukaaaa" Ucap Fanny tak sabaran

"Semoga hasilnya keterima ya nak" Ucap ibuku

Aku menggerakan kursor mos ku dan hanya tinggal kutekan. Sebelum kutekan ayah mengajak semua orang dirumah untuk mendoakan agar aku bisa diterima. Setelah berdoa aku segera mengklik email itu dan semua orang dirumah langsung melotot melihat surat itu

Selamat Saudara Nur Wachid Kalingga, anda berhak menerima beasiswa. Silahkan hubungi untuk melakukan pengisian data untuk beasiswa.

"ALHAMDULLILAH YAALLAH BISA KETERIMA" Teriak diriku dengan gembira

"Serius nak kamu keterima" Ucap ayahku seakan belum percaya

Aku langsung memeluk seluruh isi keluargaku dan semua senang akan itu. Kami semua bersyukur aku bisa kuliah tanpa mengeluarkan uang sepeserpun. Kami semua langsung melupakan euforia karena kami harus sekolah dan ayah harus bekerja

            Diperjalanan aku tidak bisa berhenti senang, bahkan beberapa melihatku aneh tapi aku tidak peduli. Aku ingin segera bertemu dengan Dita dan berharap dia juga mendapatkan beasiswa juga. Sesampainya dikelas aku sudah melihat Dita dengan wajah yang terlihat lemas. Aku mendadak khawatir dan langsung menghampiri dia

"Dit kamu kenapa? Gaenak badan?" Tanya diriku

"Gapapa" Jawab Dita datar

Aku berusaha selalu bertanya pada Dita tapi tidak digubrisnya. Sampai jam sekolah berakhir dia tetap tidak menghiraukanku. Pada saat pulang sekolah aku mengejar dia untuk memastikan apa yang terjadi

"Dit kamu kenapa sih, kasih tau kalau kamu ada masalah"

"Aku tahu kok kamu keterima beasiswa itu. Makasih ya udah nemenin aku belajar"

Selesai mengucapkan kalimat itu. Dita langsung pamit padaku. Aku yang tidak puas langsung menahan Dita agar ia segera menjelaskan tentang beasiswa itu.

"Dit, kalau kamu sedih karena ga keterima aku ngerti, tapi kamu diemin aku kayak gini cuman bikin aku bingung" Ucapku dengan nada khawatir

Mendengar ucapanku itu Dita langsung sedikit tertawa sampai akhirnya dia tertawa dengan keras

"Lucu liat kamu kayak orang bingung gitu tahu" Ucap Dita disela-sela tawanya

Aku yang melihat ia masih tertawa masih tidak mengerti apa yang sedang terjadi. Apa jangan-jangan ia mengerjaiku?

"Alhamdullilah aku juga keterima, aku sampe teriak-teriak tadi subuh waktu litany. Kepikiranlah buat ngerjain kamu. Lucu banget ngeliat wajah kamu daritadi pagi sampe aku izin kekamar mandi terus cuman buat ketawa ngeliat ekspresi kamu" Jelas Dita

Aku yang mendengar penjelasan Dita merasa kesal sekaligus senang. Kesal karena dia menjahiliku dan senang karena ia juga keterima beasiswa itu. Kami berdua akhirnya memilih untuk makan dikantin terlebih dahulu karena Dita mengeluh lapar karena acting yang ia lakukan ia harus menahan lapar. Setelah selesai makan kami akhirnya pulang, disekolah saat ini sedang sepi. Dengan memikir keras akhirnya aku memutuskan untuk menyampaikan perasaanku

"Dit, aku dah lama suka sama kamu. Kamu mau ga jadi pacarku?" Tanyaku dengan serius

"Apaansih bercandanya kek gitu, pasti dendam inimah" Elak Dita

"Engga aku serius"  Jawabku dengan tegas

Dita yang mendengar perkataanku langsung terdiam, dia melihatku sebentar dan jalan cepat beberapa langkah kedepan sebelum akhirnya dia berhenti

"Makasih hid dah nemenin aku 3 bulan ini, jujur aku gatau harus ngomong apa karena aku juga bingung..."

Aku yang mendengar kalimat awal Dita langsunng lemas mendengarnya. Aku memaksa kakiku agar kuat jalan dan izin untuk pulang duluan

"Yaudah gapapa, aku pulang duluan ya" Ucapku dengan lemas

"Ish apaansih akukan belum selesai ngomong, aku bingung karena aku juga udah sama aku jadinya akum au ngungkapin eh kamu dah nembak aku duluan jadinya yaa gitu"

Aku yang mendengarnya langsung terdiam, aku terus memandangi Dita tetapi yang dipandang terus menunduk

"Jangan diliatin terus atuh, malu"

"Jadi gimana" Tanyaku sengaja memancing

"Bikin kesimpulan sendirilah, aku suka kamu, kamu suka aku"

Dita langsung meninggalkanku dan lari terbirit-birit. Aku langsung meraih hpku dan mengirimi pesan kepada Dita

Nur Wachid

Makasih sayang, 143

Dita Afifah

Gaada sayang-sayang, tapi 143 juga

Aku langsung memasukan hpku kesaku celanaku. Aku bersyukur aku tinggal dilingkungan yang mendukungku. Ibuku benar, Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik bagi mereka yang mau berusaha. Sekarang aku diberikan izin oleh-Nya untuk kuliah, maka akan kugunakan kesempatan itu baik-baik dan aku akan menjadi cahaya bagi semua orang disekitarku.

           

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun