Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angin yang Berdansa dengan Sunyi

28 Agustus 2024   05:55 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:40 81
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

"Paman Muhsin, apakah sangat sulit memiliki lencana berkilau?"

"Lencana?"

"Iya, yang pernah Elly lihat di saku Paman."

"Oh, itu. Mm! Elly tahu bagian tersulitnya?"

Muhsin menghirup dalam-dalam udara tepi danau lalu berkata, "... membuat hati Paman terjaga, dari pikiran buruk. Dengan begitu, Paman menjadikan perilaku Paman baik, ringan hati menolong, tapi di atas itu, yang harus selalu Paman ingat, semua atas pertolongan Allah."

Daun kemiri terlepas dari rantingnya, melayang, dan terapung di atas danau.

"Paman ingin suatu kali nanti ketika Elly membuka rumah jahit, Paman mampir bersama Bibi Hasna, membuat baju yang sama, baju jahitan Elly. Kapan itu, ya?"

"Elly akan rajin berlatih, supaya bisa lekas-lekas pandai!" serunya sambil menahan napas, mencoba tersenyum.

Elly menjulurkan kedua kakinya perlahan, mengayun-ayunkan kaki bergantian. Udara membuatnya menatap takjub. Mata jelinya berpendar-pendar, seperti hendak memekik, Ini menyenangkan!

"Kita bisa begini sepanjang pekan, 'kan Paman?" tanya Elly tanpa menoleh.

"Jangan terlalu sering, pun, jangan terlalu senang," ujar Muhsin. Terkejut agaknya Elly, ia menoleh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun