"Paman Muhsin, apakah sangat sulit memiliki lencana berkilau?"
"Lencana?"
"Iya, yang pernah Elly lihat di saku Paman."
"Oh, itu. Mm! Elly tahu bagian tersulitnya?"
Muhsin menghirup dalam-dalam udara tepi danau lalu berkata, "... membuat hati Paman terjaga, dari pikiran buruk. Dengan begitu, Paman menjadikan perilaku Paman baik, ringan hati menolong, tapi di atas itu, yang harus selalu Paman ingat, semua atas pertolongan Allah."
Daun kemiri terlepas dari rantingnya, melayang, dan terapung di atas danau.
"Paman ingin suatu kali nanti ketika Elly membuka rumah jahit, Paman mampir bersama Bibi Hasna, membuat baju yang sama, baju jahitan Elly. Kapan itu, ya?"
"Elly akan rajin berlatih, supaya bisa lekas-lekas pandai!" serunya sambil menahan napas, mencoba tersenyum.
Elly menjulurkan kedua kakinya perlahan, mengayun-ayunkan kaki bergantian. Udara membuatnya menatap takjub. Mata jelinya berpendar-pendar, seperti hendak memekik, Ini menyenangkan!
"Kita bisa begini sepanjang pekan, 'kan Paman?" tanya Elly tanpa menoleh.
"Jangan terlalu sering, pun, jangan terlalu senang," ujar Muhsin. Terkejut agaknya Elly, ia menoleh.