Mohon tunggu...
Wening Yuniasri
Wening Yuniasri Mohon Tunggu... Guru - Pelajar kehidupan - Nominator Best in Fiction Kompasiana Awards 2024

Menulislah, maka engkau abadi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angin yang Berdansa dengan Sunyi

28 Agustus 2024   05:55 Diperbarui: 28 Agustus 2024   09:40 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sani menyengir kuda, "Coba saja kalau Paman berani. Kampung ini aku punya!" sergahnya berkelakar.

"Ah, Wak Husni!" 

Sani melambai-lambaikan tangannya, menyapa lelaki bersarung di pekarangan yang mereka lintasi. Lelaki yang awalnya menunduk menata kayu itu, menegakkan badan.

"Hei Sani! Pergi ke mana? Bilang ibumu, suruh ke sini!" 

Sani menunjuk punggung Muhsin di depannya. Muhsin menunduk memberi salam. Mereka melanjutkan petualangan.

"Paman tahu yang terhebat di sini? Ah, pasti Paman belum tahu. Baru kemarin orang kecamatan kemari. Paman tahu? Danau Selendang Bidadari! Ambil kiri, Paman!" Sepeda itu dikayuh kuat-kuat, meluncur ringan. Rambut di dahi kedua kawan baru itu berkelebat masai dipermainkan angin. Mereka tertawa-tawa.

Mengendalikan kemudi, Muhsin teringat percakapan di rumah yang dikunjunginya tadi. Dia perlu membujuk Rasmi, agar Elly boleh tinggal bersamanya supaya bisa dirawat dan bersekolah. Dia tak juga memiliki kemampuan untuk membela Elly lebih banyak. Lembar-lembar map, berkas dan pertanyaan, akan membuat keluarga Elly kesulitan menghadapi persidangan, sedangkan peristiwa kebakaran itu, siapa yang bertanggung jawab belum tentu bersedia memberi uang pengganti pengobatan dan penjamin yang layak. Musibah, katanya. Tapi Muhsin mengetahui yang orang awam tidak. Mengejar perkara ini bukan hal yang mudah.

*

"Saya kurang suka Elly sakit." Sani mencabut bunga rumput, melempar-lemparnya ke udara. Kakinya dijulurkan menghadap danau.

"Ya, Paman juga." Muhsin menatap permukaan danau yang diombang-ambing angin. Berjongkok di sebelah Sani.

"Saya tidak suka ada orang mencelakai Elly," ujar Sani sungguh-sungguh.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun