Mohon tunggu...
Pejalan Solo
Pejalan Solo Mohon Tunggu... wiraswasta -

hanya ingin menikmati hidup yang sesaat ini...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Baksoku Cinta? part1

22 Februari 2012   07:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Setelah bangun dari tidurnya, Vina merasa bingung apa yang harus dilakukannya siang itu. Hari minggu sekolahnya libur dan ia memutuskan untuk jalan-jalan mencari makanan atau sekedar duduk di taman kota yang letaknya tak jauh dari rumahnya. Taman Dipangga yang letaknya berhadapan dengan Polda Lampung memang menjadi tempat favorit Vina ketika ia merasa suntuk dengan kegiatannya, dia bisa menghabiskan waktu berjam-jam di taman ini, melihat hilir mudik kendaraan dan melihat anak-anak bermain bisa membuat pikirannya tenang dan seakan kegiatan dudu-duduk dan mengamati keadaan sekitar bisa merefresh kembali tubuhnya.

Dengan berjalan kaki Vina menuju taman Dipangga, sesampainya di taman ia memilih duduk di pojok depan. Taman ini berbentuk segitiga sama sisi yang membelah jalan di ujungnya. Di setiap sisi taman ini terdapat patung gajah, representasi dari pulau lampung yang terkenal dengan gajahnya.

Vina mendapati di saebelahnya seorang pemuda yang sedari tadi menunduk sambil mendendangkan lagu yang tak asing bagi telinganya. Pemuda yang duduk di sebelah gerobaknya dan nampak lelah karena keringat membasahi baju yang ia pakai.

Vina perlahan mengikuti irama yang didendangkan oleh pemuda itu, “I can’t escape this hell, so many times I’ve tried, I’m still caged inside, somebody get me trhough this nightmare, I can’t control myself”. Lagu yang sering ia mainkan di alat pemutar musiknya setiap pagi.

“Three Days Grace” Vina mencoba untuk memulai pembicaraan dengan pemuda itu.

Pemuda itupun menoleh pada Vina dan Seketika itu pula dia terkaget dengan sosok wanita yang ada di sampingnya. Dan Vina pun juga terkaget dengan sosok pemuda yang ada di sampingnya itu.

“Iya.” Jawab Pemuda itu dengan nada datar dan kemudian menundukkan kepalanya lagi.

“Sepertinya kita pernah ketemu. Mas yang tadi padi bawa ember dan hampir saya tabrak bukan?” Vina mencoba untuk meyakinkan dirinya bahwa pemuda itu memang benar seperti yang ia maksud.

“Sepertinya begitu mbak.” Jawab pemuda itu yang masih menunduk.

Vina kemudian menyodorkan tanganya pada pemuda itu, tanda ingin berkenalan dan mengenal lebih dekat.

“Gua Vina.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun