“Hah, apa? Loe ngomong apa Vi?”
“Kita pulang” Vina berteriak keras tepat di telinga Fira, karena dentuman musik khas diskotik begitu keras dan memekakkan telinga.
Fira yang sudah sempoyongan karena mabuk diseret keluar oleh Vina. Vina yang masih sepenuhnya sadar membawa temannya masuk ke dalam mobil Honda Jazz yang terparkir tak jauh dari pintu masuk. Vina tak seperti malam biasanya menikmati alcohol dan dentuman music di club malam itu malam ini dia hanya duduk-duduk saja dan merasa jengah dengan aktifitasnya yang ia habiskan dengan hura-hura.
Vina memacu mobilnya dengan cepat karena ia ingin segera merebahkan tubuhnya ke tempat tidur kesayangannya. Jalan yang sepi membuatnya makin nyaman memacu kendaraannya, di tikungan setelah perempatan dekat pasar Kangkung dia mengurangi kecepatannya karena denyut nadi pasar itu sudah dimulai pagi itu. Para tengkulak sayur, penjual daging sapi, penjual sayur keliling yang akan membeli sayuran dengan membawa gerobak sayurnya dan laki-laki yang membawa ember di pundaknya, para pedagang bakso sedang membeli daging sapi.
Saat laju mobilnya melambat, Vina dengan seksama memperhatikan hilir mudik orang-orang di pasar itu. Pandangan yang tak asing buatnya tapi kali ini pemandangan itu mengganggu pikirannya dan membuatnya merasa sebagai orang yang beruntung karena dia bisa menikmati sesuatu yang ia ingin hanya dengan berucap saja maka keinginannya akan dikabulkan oleh kedua orang tuannya.
Ketika pandangan Vina kembali pada jalan, tiba- tiba dia tersentak dan seketika menginjak rem dengan keras karena ada seorang pemuda yang membawa ember di pundaknya yang hampir ia tabrak. Tanpa disadari Vina ketika dia asik memandangi orang-orang sedang sibuk dengan kegiatannya di pasar Kangkung, dia tidak memperhatikan jalan dan mobilnya berada terlalu menepi. Pemuda yang membawa ember di pundaknya itu terkaget dan ember yang penuh dengan adonan bakso seketika itu pula tumpah ke jalan.
“Mas gak apa-apa?” tanya Vina dengan nada menyesal.
“Ndak apa-apa mbak.” Jawab pemuda.
“Mas, sini saya bantu.” Vina menawarkan bantuan pada pemuda itu yang sedang memunguti adonan yang jatuh ke jalan itu.
“Gak usah Mbak, nanti tangan mbak kotor. Mbak langsung saja lanjutin perjalanan.”
Vina menuruti apa yang diminta oleh pemuda itu untuk tidak membantunya dan terus mengucapkan minta maaf. Tak lama berselang pemuda itu selesai memunguti adonan bakso yang dapat diselamatkan dan mencoba untuk melanjutkan perjalanannya tapi Vina menghentikan pemuda itu dan mencoba menawarkan sejumlah uang untuk ganti rugi.