“Loe ngomong apa sich beib, aku gak ngerti. Apakah cinta yang ku berikan selama ini kurang bagimu?” Roni tidak siap mendengar penjelasan yang telah diberikan oleh Vina dan ia tak percaya dengan semua yang diucapkan Vina baru saja.
“Kurasa kata-kataku tadi sudah jelas Ron, aku ingin mencintaimu tapi hatiku tak bisa. Jika aku terus melanjutkan hubungan ini maka sama saja aku menyakiti diriku sendiri.” Air mata yang tadinya mampu ditahan Vina kin tak kuasa ia bendung.
“Gua gak ngerti semua ini, Vi gua cinta ama loe dan gua gak mau lepasin loe gitu aja. Vi,,, kalo ada masalah kita omongin baik-baik, yang jelas gua gak mau pisah ma loe.”
“Semua sudah jelas Ron, kamu gak bisa paksa aku untuk lanjutin hubungan ini. Aku tersiksa Ron jika harus terus berpura-pura mencintaimu.” Vina berkata dengan perasayaan yang begitu menyayat hatinya, miris nasib cinta yang begitu diirikan oleh teman-teman tetapi semua tak seperti yang terlihat.
Suasana berubah menjadi hening, Roni hanya bisa terdiam membeku. Vina yang sedari tadi duduk di kursi malas kemudian bangun dan memeluk Roni, diucapkannya kata perpisahan lirih.
“Aku akan tetap mencintaimu sebagai temanku Ron, kau adalah orang terbaik yang aku kenal dan ku harap kau akan tetap begitu kepadaku.” Kemudian Vina melepaskan pelukannya dan beranjak masuk ke dalam rumah.
Roni merasa semua ini bagai sebuah mimpi buruk, dia belum sadar benar dengan apa yang telah terjadi. Kemudian ia bangu dari duduknya, menghela nafas panjang dan melihat keadaan sekitar. Walau dia merasa sedih tak terperi karena kehilangan seorang kekasih tapi ada suatu perasaan yang melegakan hatinya, setidaknya misteri cintanya telah terbuka dengan jelas dan rasa penasarannya sudah terbayarkan. Kemudian ia bergegas pulang dan melanjutkan kehidupan kecilnya tanpa Vina.
***
Vina merasakan kebebasan atas hatinya, kebebasan yang selama ini dia inginkan, kebebasan yang tak akan terbeli oleh apapun dan kebebasan yang membuat langkah kakinya meudah untuk melangkah ke depan dan melanjutkan hidup seperti yang ia inginkan.
Di hari minggu ini dia menuju taman Dipangga, kegiatannya selama 2 bulan ini. Tapi hari minggu ini dia tak mendapati Arwan di sana, seharusnya Arwan sudah berada di sana seperti biasanya, duduk sambil mendengarkan lagu dari pemutar musiknya. Dari kejauhan terlihat gerobak tua Arwan yang sedang di dorong oleh seseorang menuju taman Dipangga, Vina merasa hatinya tenang karena dia akhirnya bisa bertemu dengan Arwan. Tapi ketika gerobak bakso Arwan semakin mendekat, Vina tak mendapati wajah Arwan di sana.
“Pak, Arwannya kemana kok bapak yang dorong gerobaknya?” Vina bertanya dengan bapak yang sudah beranjak tua di depannya itu.