Mohon tunggu...
Pejalan Solo
Pejalan Solo Mohon Tunggu... wiraswasta -

hanya ingin menikmati hidup yang sesaat ini...

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Baksoku Cinta? part1

22 Februari 2012   07:41 Diperbarui: 25 Juni 2015   19:20 206
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tak lama berselangg terdengar langkah kaki dan suara pintu terbuka.”Assallamualaikun” Arwan mengucap salam pada ibunya dengan nafas agak ngos-ngosan. Maklum saja, Arwan harus mengangkat beban hampir 15 kg lebih di pundaknya sepajang perjalanan satu kilometer. Dan kejadian hampir ditabrak mobil membuatnya semakin terlihat lebih lelah dari hari biasanya.

Ibu Arwan merasa ada yang tidak beres dengan anaknya pagi itu. Dan ketika dia melihat adonan bakso yang ternyata lebih sedikit dari hari biasanya, diipun bertanya pada anaknya apa yang sudah terjadi. Arwan menjelaskan semuanya pada ibunya dengan seksama, ibunya pun tak menunjukkan wajah marah kepada anak sulungnya itu karena ia tahu bahwa anaknya sudah lelah dan tak mungkin ia memarahinya.

Saat sedang membuat bulatan bakso dari adonan, Arwan terlihat sering melamun dan kadang bakso yang ia buat jauh dari kata bulat.

“Nglamunke opo to le?” tanya ibu Arwan memecah keheningan.

Arwan tergaket oleh tanya ibunya dan merasa malu karena telah ketahuan melamun.”Ndak nglamun kok mak.”

Arwan kemudian melanjutkan membuat bakso tetapi pikirannya terus menerawang jauh pada wajah gadis yang hampir menabraknya tadi. Diam-diam Arwan menganggumi wajah gadis tadi, gadis yang mempunyai lesung pipit indah ketika tersenyum. Tak satu hal pun yang Arwan lupa tentang gadis itu, rambut hitam lebat yang terurai alami mendekati bahu, sepasang mata bening dan jari-jari yang lentik. Gadis yang berpawakan tinggi karena tingginya hampir sama dengan Arwan sendiri, ya,, gadis yang tinggi jika berpawakan seperti Arwan karena Arwan mempunyai tinggi 184cm.

Pukul enam pagi semua kerjaan Arwan untuk mempersiapkan barang jualannya selesai, bakso sudah ia wadahi ke dalam 3 plastik asoy besar dan bihun dan mie telor telah ia tata dalam gerobak. Setelah yakin semua sudah siap, ia pun bergegas berangkat mendorong gerobaknya ke pasar Cimeng yang letaknya satu setengah kilometer dari rumah kontrakannya.

Pekerjaan yang membutuhkan tenaga lebih karena ketika berangkat gerobak penuh dengan bawaan, jalan yang menurun semakin menyulitkan langkah Arwan karena ia harus menahan laju gerobak. 300 meter pertama ia harus melewati jalanan sempit di perkampungan itu, jalan berlubang dan banyaknya polisi tidur mengharuskannya memperhatikan langkah gerobak karena jika salah melangkah maka gerobak yang umurnya lebih tua dari Arwan itu bisa-bisa terguling. Setelah melewati jalan perkampungan ia akan menemui jalan besar, tapi di jalan besar inipun perjalanan tak menjadi lebih mudah karena turunan curam sepanjang 50meter siap menyambutnya.

Pukul 6.30 pagi Arwan dengan gerobak tuanya sampai di lapak kecilnya yang hanya mempunyai luas 2x3mter saja. Sesampaianya di lapak, dia menggelar sepandung melingkar yang menutupi gerobak dan meja kursi yang berada di dalam lapak tersebut. Hari ini Arwan mendapati janji Allah benar adanya ketika baksonya habis terjual dengan cepat. Pukul 10 pagi Arwan sudah membereskan lapak dan bergegas pulang. Senyum tak pernah lepas dari bibir Arwan dan ibunya. Ketika dalam perjalanan pulang, Arwan terus berucap syukur pada Tuhannya. Senyum–senyum sendiri, berdendang lagu tak pernah henti. Kemudian ia teringat akan ayat suci  Al Qur’an yang ia ingat dengan lekat.

“Karena seseungguhnya sesudah kesulian itu ada kemudahan, sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. A Lam Nasyrah 5-6” Arwan mengucap ayat itu dalam hati dengan kesungguhan. Betapa ia mendapati janji ALLAH memang benar adanya setelah mendapat kesusahan saat pulang dari memberi daging untuk membuat bakso, sekarang ia mendapat kemudahan saat menjual bakso tersebut.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun