“Mas, maaf saya gak bermaksud untuk menyinggung tapi saya merasa bersalah dan ini mungkin ada uang sedikit untuk ganti rugi.” Vina dengan canggung menyodorkan 5 lembar uang seratus ribuan.
“Gak usah mbak, gak ada yang salah dan gak ada yang rugi jadi mbak gak perlu ganti rugi. Ini hanya kesialan saja.” Pemuda itu menolak uang yang ditawarkan vina.
Sesaat kemudian pemuda itu minta undur diri karena emaknya sudah menunggu di rumah dan Vina pun menuju mobilnya dan melanjutkan perjalanannya.
“Da apa Vi.” Fira bertanya dengan nada mengigau.
“Gak ada apa-apa.” Vina memacu mobilnya dengan santai tak seperti sebelumnya.
Dalam perjalanan pikiran vina terganggu oleh sosok pemuda yang baru saja ia temui. Sosok pemuda yang terlihat begitu matang dan tegar. Pemuda yang mempunyai tatapan mata tajam, kulit kuning dan rambut lurus yang terurai biasa. Pemuda yang jarang ia temui karena pemuda sebaya dengan Vina yang sering ia temui dalam club malam biasanya bermata keranjang. Vina masih penasaran pada pemuda yang telah menolak uang setengah juta darinya, uang yang menurutnya cukup banyak bagi pemuda itu.
“Ah, apa cowok itu tadi benar-benar nyata?” gumamnya sembari memperhatikan jalan.
“Ehm… Ahhh, apa Vi? Dalam keadaan setengah sadar Fira menanggapi gumaman Vina.
Vina tak menanggapi kata-kata Fira dan terus memacu mobilnya di jalan sepi kota itu.
***
“Bocah iki sue men to?” keluh ibu Arwan yang sedang menunggu kedatangan anaknya dari pasar.