Mohon tunggu...
Wahyu Aning Tias
Wahyu Aning Tias Mohon Tunggu... Freelancer - Manusia yang mempercayai menulis untuk menyembuhkan

Terimakasih Marx, Kafka, Dostoyevski, Chekov, Camus, Murakami, Coelho, Rumi Dari kalian mengalir kefasihan bertutur dan kebijaksanaan dalam diam

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Bapak Tua dan Secangkir Teh

16 Maret 2017   08:45 Diperbarui: 16 Maret 2017   08:49 460
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

“Masyaallah, Adi! Ibu tidak habis pikir kegiatan apa yang kamu lakukan hingga selalu saja pulang selarut ini!”

Aku senyum-senyum saja, lalu dengan perlahan kukeluarkan termos pemberian Kakek dari dalam ranselku. “Ini buat Ibu.” Kataku singkat.

“Apa ini?”

“Itu teh, Bu. Rasanya enak sekali, coba Ibu cicipi kalau tidak percaya.”

Ibu mengernyitkan dahinya. “Darimana ini?”

“Dari teman, Bu. Dia punya kedai teh di tengah kota.”

“Baiklah. Cepat masuk dan mandi air hangat. Ibu sudah menyiapkannya.”

Ibu selalu baik seperti biasanya, “terima kasih, Bu.”

Aku langsung bergegas ke kamarku, mengganti pakaian dan berlalu ke kamar mandi sambil bersiul perlahan. Aku melihat Ibu sedang mencicipi teh dan aku melihat ada perubahan yang baik di wajahnya.

“Adi, sini deh! Ayo minum teh sama Ibu. Ini enak, lo! Teman kamu pintar sekali membuatnya.”

Aku tersenyum dan mengiyakan. Benar kata Kakek, Ibu pasti senang kalau menerima teh itu. Kini tinggal satu hal yang harus kulakukan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun