“Ayo masuk!”
“Ayah! Ada tamu istimewa yang datang mencari.” Kata Bu Feni pada Kakek yang duduk membelakangi kami Nampak sibuk dengan kuasnya.
Kakek lalu menghentikan mengecat dan membalikkan badannya ke arah kami.
“Adi! Kenapa kamu lama sekali?”
Mataku berkaca-kaca, entah kenapa. “Kakek…”
Kamipun berpelukan. Entah kenapa. Seperti ada ikatan misterius diantara kami berdua.
“Bagaimana ujianmu? Maafkan Kakek sudah membuatmu khawatir.”
Aku mengangguk. “Saya sudah berusaha yang terbaik, Kek! Seperti sang pertapa.”
Kakek tertawa melihatku. “Ayo! Kita bicara di dalam saja sambil minum teh.”
***
“Silakan tehnya, Bu.” Kataku ramah pada seorang pelanggan baru kami. Yap, sudah genap satu semester setelah pertemuan terakhirku dengan Kakek. Setelah hari itu, setiap sore aku mengganti pakaian putih abu-abuku dengan seragam waiter yang didesain sendiri oleh Kakek. Terkadang aku undang teman-teman sekelas untuk datang ke kedai Kakek, terutama teman-teman sesama klub seni.